IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Berkhidmat untuk umat. Kalimat itu yang memotivasi Erwin Raja, pendiri Umroh Backpacker (UBP), untuk mengajak umat Islam ke Tanah Suci dengan biaya terjangkau.
Saat berbincang dengan Republika.co.id beberapa hari lalu, Erwin merawikan awal mula ia mendirikan UBP. "Ketika itu saya ingin pergi umrah dengan biaya hemat dan terjangkau. Bagaimana caranya? Saya tanya-tanya relasi dan dapatlah saya tiket pesawat, penginapan, termasuk visa," kata Erwin.
Lalu Erwin ingin mengajak beberapa orang untuk pergi ke Tanah Suci dengan membagikan di laman media sosialnya, Instagram. Tak disangka, banyak yang bertanya dan berminat untuk ikut.
Ia bercerita, sejumlah calon jamaah yang menghubunginya adalah korban dari travel nakal. Dari cerita-cerita calon jamaahnya itulah ia mengaku berniat mendirikan UBP untuk menolong jamaah-jamaah yang tertipu karena ingin sekali berangkat ke Tanah Suci.
"Jamaah saya banyak yang menjadi korban. Contohnya ada satu keluarga 12 orang tak berangkat. Saya tanya. Ibu gak trauma? Ibu kan gak kenal saya, ibu korban, emang ibu gak trauma? Ibu itu bilang, 'Mas untuk ibadah tidak ada kata trauma'. Ini yang saya share ke jamaah," ucap Erwin.
Ayah dari Al-Ghazali Tsaqib Janitra Raja dan Al-Khalifi Zikri Jonea Raja ini menegaskan jika gerakan yang didirikannya untuk mengajak umrah, bukan menjual umrah. Karenanya, Erwin mengaku dibantu sejumlah rekan-rekan yang ingin berkhidmat dan tidak mengambil untung.
"Kami bukan jualan umrah, tapi mengajak umrah. Saya tawarkan ini menjadi solusi, alternatif," ucap Erwin.
Yang terpenting menurut Erwin, bagaimana meyakinkan jamaah untuk percaya dengan gerakan tersebut. "Nah saya tidak ambil pusing biarlah itu. semua itu sudah Allah atur. Saya hanya menunggu orang-orang yang Allah gerakan hatinya. Karena dari 94 orang tidak ada yang kenal," ujar pendiri Lembaga An-Nashr Islamic School di daerah Ciputat, Tangerang Selatan ini.
Erwin menjelaskan, konsep dari gerakan ini adalah berkhidmat. Ia mengaku banyak yang datang menawarkan berkhidmat untuk UBP. "Saya punya tim desain yang datang menawarkan diri, dan ada tim lainnya. Akhirnya saya terima mereka dan sampai hari ini tidak ada dibayar dan bahkan mereka yang mengeluarkan uang," kata jebolan Universitas Satria Makasar ini.
Dalam menjalankan gerakan tersebut, pria yang sempat menjadi produser sejumlah program di beberapa stasiun televisi swasta ini, mengaku dibantu tim. Ada sekitar delapan orang. Ia menceritakan, ketika manasik di pemberangkatan kloter pertama, delapan tim Erwin datang dari luar kota seperti Lampung, Bandung, dan Cirebon.
"Mereka datang dengan ongkos sendiri dan menginap di hotel dengan biaya sendiri. Qadarallahu, kalau bukan Allah (yang menggerakkan), siapa?" ucap dia.
Saat mendampingi jamaah, Erwin dibantu rekannya, Dewi. "Saya tugasnya mengajak jamaah. Mba Dewi tugasnya semua, atur tiket pesawat, visa, hingga penginapan. Dia senior, dialah kunci dari gerakan saya ini," cerita dia.
Setiap tahun, gerakan ini memiliki enam generasi. Dimulai setelah musim haji dan sebelum Ramadhan, antara Oktober sampai April.
"Lalu mengapa biayanya bisa terjangkau? Pertama kami berangkat di akhir bulan. Low season. Di generasi pertama UBP ada 94 jamaah. Generasi kedua 138 seat, generasi ketiga 92 seat," imbuh Erwin.
Ketika ditanya terkait banyaknya penipuan umrah, Erwin menjawab enteng. "Jangankan mau nipu, satu jamaah saya tarik Rp 1 juta mereka pasti mau. Tapi saya tidak melakukannya," ujar Erwin. Karena itu, Erwin menegaskan kembali jika UBP adalah gerakan yang dimulai dan dilakukan orang-orang yang ingin berkhidmat.