IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Proses perekaman sidik jari dan airis mata sebagai sayarat medapat visa umrah di VFS Tasheel Purwokerto dan Semarang, Jawa Tengah, sudah tidak kondusif. Banyak calon jamaah umrah yang datang harus menanggung kecewa. Pasalnya, alat yang dipergunakan untuk rekam biometrik itu mengalami eror. Dampaknya, jamaah pun harus menunggu antri lama hingga tengah malam.
“Yang jelas VFS ini tidak bisa dilaksanakan di negeri Indonesia tercinta ini,” kata Leni Pane pemilik AshabAzha Travel kepada Republika.co.id, Jumat (21/12).
Leni mengatakan, alasan rekam biometrik tidak perlu diberlakukan di Indonesia karena letak geografis Indonesia berbeda dengan negara-negara lain. Menurutnya, visa biometrik dinilai sangat tidak manusiawi karena setelah melakukan perjalanan jauh, para jamaah harus antri menunggu lama untuk diambil sidik jari dan retina mata.
"Bagaimana dengan kondisi fisik jamaah dan berapa biaya yang mereka keluarkan,” ujarnya. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah terhadap jamaah yang sudah tua harus memaksakan diri turun gunung hanya demi diambil sidik jari dan retina mata.
Padahal, hal itu juga akan dilakukan kembali setelah sampai di Bandara Saudi. “Jika mereka lelah, maka bisa mengakibatkan hal yang lebih fatal lagi,” katanya.
Untuk itu, Leni meminta, pemerintah harus cepat tanggap melihat masalah yang menyangkut hajat hidup jamaah seluruh penjuru Tanah Air dengan meminta pemerintah Saudi menghentikan VFS Tasheel dan kembali ke sistem umrah seperti biasa yang dinilai lebih bijaksana.
“Jangan membuat jamaah ini bagaikan teroris atau aset yang bisa dikeruk terus uangnya,” katanya.
Leni berpendapat, secanggih apapun sistem teknologi informasi (IT) kalau sistemnya belum bisa menyesuaikan dengan kondisi demografi Indonesia, tidak akan cocok malah akan menyusahkan jamaah sebagai usernya.