Jumat 21 Dec 2018 16:07 WIB

Menyambut atau Menghadang VFS

Biaya perekaman yang berkisar Rp 120 ribu semakin memberatkan para jamaah umrah.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
Calon haji Makassar yang tergabung kelompok terbang (kloter) 1 Embarkasi Makassar menjalani perekaman Biometrik di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/7).
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Calon haji Makassar yang tergabung kelompok terbang (kloter) 1 Embarkasi Makassar menjalani perekaman Biometrik di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/7).

IHRAM.CO.ID, Proses imigrasi di Bandara King Abdul Aziz Jeddah adalah perkara yang sangat dikeluhkan jamaah. Utamanya, praktisi yang bergerak dalam bidang haji dan umrah di Tanah Air.

"Selama sepuluh tahun bergerak di dunia ini, pengalaman terpahit yang pernah saya alami kala mengantarkan sebuah group umrah adalah tiga tahun lalu. ketika mendarat di Bandara Jeddah dengan maskapai Emirates pada pukul 03:00 dini hari. Sedihnya group saya baru selesai melewati pemeriksaan imigrasi setelah jarum jam menunjukkan pukul 07:00," ujar Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah Himpuh, Rafiq Jauhary, Jumat (21/12).

Pasalnya, dia menilai, sepanjang waktu para jamaah terpaksa berdiri berdesakan. Bahkan, yang bercampur dengan para jamaah dari berbagai negara, tidak sempat mendirikan shalat Subuh kecuali setelah melewati pemeriksaan imigrasi.

“Dalam beberapa tahun terakhir Bandara King Abdul Aziz Jeddah memang konsisten berada pada urutan bandara terburuk di dunia. Website Airline Quality bahkan memberikan nilai 2 dari skala 10 yang ada. (lihat https://www.airlinequality.com/airport-reviews/jeddah-airport/),” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id.

Kendala ini, tampaknya dibaca oleh otoritas bandara. Maka, mulai keberangkatan haji 2018, kerajaan Arab Saudi memberlakukan proses perekaman biometrik di Asrama Haji. Sehingga, ketika tiba di Bandara Jeddah para jamaah hanya perlu konfirmasi data dengan cepat tanpa perlu melakukan perekaman sejak awal.

Dinilai sukses menerapkan perekaman biometrik untuk haji, akhir tahun 2018 ini Kerajaan Arab Saudi menggandeng sebuah perusahaan swasta bernama VFS Tasheel untuk membantu melakukan perekaman biometrik bagi jama'ah umrah.

“Bedanya, jika sebelumnya perekaman biometrik dilakukan di Asrama Haji sebelum keberangkatan jamaah haji ke Arab Saudi, kini perekaman biometrik dilakukan di beberapa kota besar dan berkas perekaman ini dijadikan sebagai syarat pengurusan visa,” ucapnya.

Selain karena jumlah kantor VFS Tasheel masih sangat terbatas, fasilitasnya pun sangat minim. Belum lagi biaya perekaman yang tidak murah (berkisar Rp 120 ribu) dinilai semakin memberatkan para jamaah umrah.

“Contohnya DIY-Jateng, wilayah seluas ini hanya tercover oleh tiga kantor VFS yang letaknya ada di Yogyakarta, Semarang, dan Purwokerto. Bayangkan bagaimana jika ada jamaah datang dari luar kota, lebih lagi di pulau seberang seperti Nusa Kambangan, Karimun Jawa dan lainnya,” ungkapnya.

Bahkan, ketika dirinya berkunjung ke Kantor VFS Tasheel di Yogyakarta, terlihat kantor ini terletak di sebuah gang kecil yang tidak bisa digunakan mobil berpapasan. Tidak memiliki halaman parkir, dan statusnya hanya menempel dengan Kantor Pos.

“Di kantor ini hanya tampak kurang dari lima karyawan yang terlihat masih sangat kurang terampil dengan alat yang dihadapinya. Hanya ada dua komputer, alat perekam sidik jari, dan Kamera. Tidak ada perekaman retina mata di tempat ini,” ucapnya.

Jika semula dikabarkan perekaman biometrik dilakukan dengan waktu kurang dari 3 menit, faktanya perekaman dilakukan rata-rata selama 15 menit. Bahkan tidak jarang ketika sistem sedang down perekaman bisa mundur hingga hampir 2 jam. 

Apalagi jika listrik padam seperti yang dialami Kiai Rosyad seorang jamaah sepuh dari lereng Gunung Merapi. Dia terpaksa harus menunggu lama karena kantor VFS tidak memiliki cadangan energi dari genset.

“Karena berbagai kendala ini, akhirnya kantor VFS yang kami kunjungi hanya mampu menerima lebih kurang 30 jamaah dalam sehari,” tuturnya.

Penerapan rekam biometrik ini, tampaknya bukan lagi isapan jempol. Sudah banyak paspor jamaah umrah yang tertolak mengurus visa karena tidak dilengkapi dengan lembar perekaman dari VFS Tasheel. Di kalangan pengusaha travel bahkan telah terbentuk Group Whatsapp 'Posko Gagal Visa Bcoz VFS'.

Hal yang membuat semakin ngeri, penerapan kebijakan baru di tengah musim crowded liburan ini membuat lumpuh sistem pendaftaran online VFS Tasheel. Sehingga, para jamaah yang hendak melakukan perekaman biometrik harus melalui ribetnya birokrasi karena harus melalui Travel umrah, diforward ke provider visa, forward lagi ke kantor pusat VFS dan kembali lagi hingga ke jamaah.

“Semoga kebijakan ini tidak berdampak pada kerugian besar baik pada travel apalagi kerugian pada jamaah,” tandasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement