Rabu 26 Dec 2018 14:29 WIB

Dalam Batas Ihram, Kisah Umrah di Akhir 2018

Bahkan sevelum pintu pesawat terbuka kerinduan kepada Baitullah terasa luar biasa.

Antri di pintu imigrasi bandara Jeddah pada akhir Desember 2018.
Foto: Utiek M Panji Astuti
Antri di pintu imigrasi bandara Jeddah pada akhir Desember 2018.

Oleh: Utiek M Panji Astuti, Penulis Buku

"Para penumpang yang terhormat, 30 menit lagi kita akan melewati Yalamlam. Sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia..."

Pengumuman yang disampaikan awak kabin itu terdengar ke seluruh bagian pesawat. Beberapa pria terlihat bergegas antre toilet untuk memakai pakaian ihram. Termasuk Lambang.

Segera saya kenakan decker tangan dan rapikan pakaian ihram. Saya dan Lambang selalu miqat di atas Yalamlam. Kami hanya sekali miqat di Jeddah saat menunaikan ibadah haji tahun 2006 lalu.

"Labbaika Allahumma umratan," lirih saya lafalkan niat ihram dengan sepenuh hati. "Aku sambut panggilan umrahMu, ya Rabb."

Sudut mata saya terasa hangat. Jantung berdegub kencang. Lidah mendadak kelu. Getaran itu selalu terasa sama setiap kali niat ihram terucap.

Dalam balutan kain ihram, saya daraskan talbiyah dan sorongkan segala puja ke pintu langit.Tetiba saya seperti mendengar gemuruh suara orang-orang bertalbiyah. Saya menoleh ke kiri-kanan mencari sumber suara, namun tidak menemukannya.

Saya pejamkan mata, gemuruh itu kian terdengar jelas. Saya ikuti lantunannya. Lama terhanyut hingga akhirnya hanya terdengar lirih suara saya sendiri. Entah darimana dan pergi kemana suara gemuruh talbiyah tadi.

Hati tak berhenti berdenting setiap melewati momen berihram di atas Yalamlam. Ada satu pinta yang tak pernah terucap, "Seandainya saja Engkau memanggil kembali sekarang ya Rabb."

Tak ada yang lebih indah dari dipanggil Allah dalam keadaan berihram. Begitu istimewanya, hingga secara syariat mereka yang meninggal dalam keadaan berihram langsung dikuburkan dengan pakaian ihramnya.

Kelak di Yaumul akhir mereka akan dibangkitkan kembali dalam keadaan berihram dan bertalbiyah.

Subhanallah....

Izinkan saya menjadi salah satu di antaranya, ya Rabb.

Ihram secara bahasa berarti tercegah atau terlarang. Banyak hal yang sebelumnya halal yang tidak boleh dilakukan saat berihram. Pun beberapa pantangan harus dipatuhi. Sampai semua proses umrah/haji selesai yang ditandai dengan tahalul.

Namun sejatinya, tahalul yang diwujudkan dalam bentuk ritual memotong rambut sedikitnya 3 helai usai Sa'i hanyalah tahalul sementara.

Batasan-batasan ihram yang membuat manusia begitu dekat dengan RabbNya, harusnya selalu terjaga sepanjang hayat.

Dua lembar kain putih tak berjahit untuk laki-laki, dan tertutupnya seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan bagi perempuan adalah simbol totalitas penghambaan manusia pada RabbNya.

Sekaligus momen tersingkapnya hijab atau penghalang bagi doa-doa yang didaraskan. Allah akan mengabulkan setiap pinta dari hambanya yang sedang berihram, begitu janjiNya.

Pesawat mulai terbang rendah. Awak kabin mengumumkan persiapan landing. Kelap-kelip lampu di landas pacu mulai terlihat. "Alhamdulillah," ucap saya perlahan.

Saat roda pesawat bergetar menyentuh landas pacu, segera saya deraskan doa, "Yaa Raddad, yaa Raddad, urdudna illa baitul haram -wahai Sang Maha Pengembali, kembalikan aku segera kerumahMu ini."

Bahkan saat pintu pesawat belum juga terbuka, kerinduan itu telah menyelimuti hati dan ingin dipanggil untuk segera kembali lagi.

King Abdulazis Int'l Airport-Jeddah, 25/12/2018

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement