IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan rekam biometrik terhadap calon jamaah umrah oleh VFS Tasheel telah menyulitkan proses perjalanan ibadah umrah. Selain menyulitkan calon jamaah umrah cara kerja VFS Tasheel yang tidak profesional juga telah menyulitkan penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU).
Ketua Permusyawaratan Antar Syarikat Travel Umrah dan Haji Indonesia (Patuhi) H Fuad Hasan Masyhur mengatakan VFS Tasheel mengambil data biometrik jamaah umrah tanpa dibekali perangkat yang memadai. Selain itu lokasi kantor VFS Tasheel yang sulit dijangkau para calon jamaah umrah yang tersebar di seluruh plosok Indonesia.
"Dan kemampuan SDM yang minim baik dalam pengusaan alat maupun dalam pelayanan," kata Fuad Hasan Masyhur kepada wartawan saat menyampaikan konferensi persnya di Jakarta, Kamis (3/1).
Fuad Hasan mengatakan kebijakan yang semula dimaksudkan pemerintah Saudi untuk mengurangi antrean saat kedatangan di bandara Jeddah maupun Madinah telah berubah menjadi prosedur tambahan yang sangat menyulitkan jamaah umrah. "Pengambilan data biometrik oleh FVS Tasheel bagi jamaah untuk mengawal aturan tapi melanggar aturan. Tujuannya melayani tapi menzalimi," ujarnya.
Fuad Hasan menambahkan, jika saat kedatangan di bandara di Jeddah dan Madinah jamaah mengantre dalam durasi 30 menit saat peak season. "Kini setelah pengambilan data biometriknya di 34 kantor VFS Tasheel di beberapa ibu kota provinsi di Indonesia, jamaah harus menempuh perjalanan yang bisa mencapai tiga hari dua malam karena faktor geografis dan terbatasnya pelayanan," katanya.
Seperti diketahui Permusyawaratan Antar Syarikat Travel Umrah dan Haji Indonesia (Patuhi) mengajak beberapa asosiasi dari penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) untuk menyampaikan penolakan secara terbuka terhadap VFS Tasheel dengan menggelar konferensi pers. Asosiasi yang sama-sama menolak VFS Tasheel di antarnya Himpuh, Amphuri, Asphurindo, dan Kesthuri. Masing-masaing asosiasi hadiri langsung oleh ketua umumnya.