IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pelaksanaan ibadah haji, pemahaman syariat dan aspek pemahaman kesehatan tak dapat dipisahkan. Hal itu ditegaskan Kepala Pusat Kesehatan Haji (Kapuskes) dr Eka Jusup Singka.
Dia menuturkan, dalam tiap pelaksanaan ibadah haji dua hal tersebut hendaknya diselaraskan. Sebab, haji merupakan ibadah yang memerlukan kemampuan fisik yang mumpuni seorang Muslim. Kesehatan yang prima menjadi hal yang mesti menjadi perhatian, apalagi haji dilakukan di Tanah Suci yang memiliki karakteristik cuaca dan suasana berbeda daripada dalam negeri.
Menurut Eka, aspek kesehatan juga mencakup kodusivitas psikis tiap calon jamaah. Dengan begitu, mereka dapat melaksanakan proses ibadah haji dengan baik selama di Tanah Suci.
"Dalam ibadah haji, aspek kesehatan dan aspek ibadah adalah dua hal yang sebenarnya menyatu. Seperti kopi dan gula yang larut bersama sama. Sungguh sulit dipisahkan satu sama lain," kata dr Eka Jusup Singka saat dihubungi Ihram.co.id, Ahad (14/4).
Kemudian, lanjut dia, petugas di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Agama (Kemenag) terus bersinergi untuk menyediakan pelayanan yang maksimal kepada seluruh jamaah. Hal itu sejalan dengan keselarasan antara aspek kesehatan dan syariat dalam haji.
Untuk itu, dia meminta para calon jamaah haji untuk menjaga kesehatan sejak masih di Tanah Air. "Bagaimana mungkin jamaah haji bisa beribadah dengan khusyuk, (melakukan) thawaf, sai, wukuf, dan melontar jumrah, kalau pada waktu harus melakukan semua itu jamah sakit? Untuk itu kondisi kesehatan prima sangat penting dalam pelaksanaan haji," tutur dia.
Dalam mengawal pelaksanaan ibadah haji, Kementerian Kesehatan memiliki tiga tim kerja yang terdiri tim promotif prepentif (TPP), tim gerak cepat (TGC), tim kuratif rehabilitatif (TKR). Tiga tim ini akan bekerjasama dengan maksimal demi tercapainya pembinaan, pelayanan dan perilidungan secara maksimal.