IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Bina Haji Kementerian Agama Khoirizi H Dasir menyebut, petugas haji akan menghadapi titik krusial dalam melayani jamaah.
Ketiga titik tersebut adalah 10 hari pertama kedatangan jamaah, masa Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), dan 10 hari pemulangan pertama.
Menurut Khoirizi, selama 10 hari pertama, jamaah yang baru datang belum mengetahui medan. Namun, mereka sudah diharuskan melakukan berbagai pergerakan ibadah.
Untuk Armuzna, juga jamaah belum mengetahui medan tapi juga harus melakukan kewajiban ibadahnya. Sedangkan untuk 10 hari kepulangan, jamaah sudah sibuk memikirkan kepulangan, tetapi mereka terkadang lupa masih ada tahapan ibadah lainnya yang harus dilakukan.
"Nah, dengan kondisi ini maka petugas harus mengetahui peran dan tugasnya masing-masing untuk memberikan pelayanan, perlindungan, dan pembinaan kepada jamaah," kata Khoirizi di sela gladi posko petugas haji di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Selasa (30/4).
Kepala Satops Armuzna 1440 H/2019 Jaetul Muchlis mengatakan untuk menghadapi kondisi itu, petugas haji harus melakukan orientasi medan kerja yang akan dihadapi selama bertugas. Selain itu, petugas harus mempersiapkan diri dengan menata niat untuk memberikan layanan.
"Kita yang melayani bukan dilayani. Posisikan petugas sebagai pelayan. Artinya, dia harus punya sensitivitas yang tinggi dalam merespons semua permasalahan. Layanan itu yang penting," kata Muchlis.
Kemudian, petugas harus mempersiapkan totalitas waktunya, pikirannya, dan fisiknya. "Maka petugas harus mengatur waktunya dengan baik," kata Muchlis.
Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dimulai pada 7 Juli 2019 hingga 17 September 2019. Selama musim haji itu, petugas haji PPIH Arab Saudi yang berjumlah 1.108 orang akan melayani 231 ribu jamaah haji Indonesia. Petugas haji PPIH Arab Saudi akan bekerja di tiga daerah, yaitu Makkah, Madinah, dan bandara Jeddah serta Madinah.