Ahad 12 May 2019 23:00 WIB

Agar Jamaah tak Cepat Lelah di Tanah Suci

Jamaah haji kerap mengalami kelelahan sangat saat melaksanakan ibadah di Tanah Suci.

Haji
Foto: AP/Hassan Ammar
Haji

IHRAM.CO.ID, JAKARTA — Jamaah haji kerap mengalami kelelahan sangat saat melaksanakan ibadah di Tanah Suci. Waktu yang seharusnya mereka menafaatkan untuk beristirahat justru mereka gunakan untuk beraktivitas.Bahkan mereka memporsir tenaga sehingga daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit.

Direktur Utama Rumah Sakit Haji Jakarta, Dr Syarief Hasan Lutfie mengatakan, masyarakat masih banyak yang tidak memahami tentang ancaman kelelahan. Padahal, hal ini menjadi pemicu kematian.

Karena itu, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi ini merasa perlu untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang kelelahan jamaah haji. “Jadi, faktor kelelahan inilah yang harus diluruskan bahwa lelah bukan berarti tidak menyebabkan kematian, justru lelah itu bisa menjadi kematian. Karena apa, karena triggernya membuat manifestasi timbulnya diagnosa penyakit tertentu, ujar dr Syarief

Berikut wawancara lengkap wartawan Republika, Muhyiddin dengan Dr Syarief Hasan Lutfie di Rumah Sakit Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, belum lama ini

apa jamaah haji banyak yang lelah?

Lelah adalah kondisi menurunnya respon jaringan karena stimulus yang terhenti, sehingga perlu dibangkitkan lagi stimulus baru yang lebih aktif. Hal inilah yang harus kita kedepankan bahwa jangan sampai lelah. Mereka harus melakukan frekuensi latihan di Jakarta minimal tiga sampai lima kali sehari. Kemudian intensi tasnya dari rendah dinaikkan menjadi tinggi. Durasinya juga dilakukan secara konstan dan berkualitas, sehingga diharapkan mereka menjadi bugar, endurance-nya baik.

Apalagi, rata-rata kebugaran Calon jamah kita rendah. Karena, mereka banyak yang malas olahraga dan kemana-mana selalu naik mobil. Sementara, pada saat di Arab Saudi mereka harus berjalan panjang dengan melakukan thawaf atau sa'i.

Apakah kelelahan ini menjadi ancaman?

Faktor kelelahan inilah yang harus kita luruskan. Karena, kelelahan bisa menyebab kan kematian dan siapapun bisa mengalami kelelahan. Lelah bersifat umum, misalnya lelah susunan saraf pusat, batang otak, lelah karena cemas, takut, capek batin, kemudian lelah otot, dan lelah pada tu lang saraf. Nah, jamaah haji mengum pul kan kelelahan itu menjadi satu, baik pikirannya, mentalnya, sampai pada fisiknya.

Begitu juga dengan kelelahan-kelelahan lain, termasuk lelah dalam puasa. Kita berpuasa kalau tidak berolahraga, hanya sekadar makan dan sahur, nanti akan sampai pada ambang batas. Kondisinya me nurun pada fase-fase tertentu. Tapi ka lau dia sudah terbiasa dia akan beradaptasi lagi.

Begitu juga lelah-lelah yang sekarang isunya lagi menarik, yaitu lelah karena menunggu TPS dan sebagainya. Jadi, lelahnya bukan karena fisik, tapi juga tekanan, cemas, atau karena takut. Nah itu juga termasuk lelah, sehingga bisa menjadi trigger (pemicu) untuk menghilangkan nyawa.

Menurut Anda apa penyebab kelelahan yang mengakibatkan meninggal dunia?

Nah harus dicari kausatlitasnya, diagno sanya apa, bukan diagnosanya lelah. Tapi, lelah merupakan kumpulan keluhan yang sifatnya umum. Bisa terjadi pada penyakit apapun. Misalnya karena penyakit paru-paru, jantung, karena penyakit otot, semua bisa.

Jadi, faktor kelelahan inilah yang harus diluruskan. Lelah bukan berarti tidak menyebabkan kematian, justru lelah itu bisa menjadi kematian. Karena triggernya mem buat manifestasi timbulnya diagnosa penyakit tertentu. Misalnya, yang jantungnya tidak berhenti berdetak, menjadi berdetak karena kecapekan, nadinya yang tadinya lambat menjadi cepat, kemudian paru-parunya yang tadinya normal menjadi sesak karena cemas dan takut.

Bagaimana harusnya agar Jamaah Haji atau petugas KPPS tidak lelah?

Obatnya istirahat. Rileks dulu. Kendorkan urat sarafnya. Rileks dulu sebentar. Baru nanti dia bisa pulih lagi.Jadi tidak langsung. Kalau dalam kondisi lelah masih memak sakan beraktivitas maka pasti akan fatal akibatnya. Jadi haus diistirahatkan dulu.

Fase kerja tentu hitungannya juga ada standarnya, yaitu delapan jam kerja. Contoh yang ada di depan mata kita misalnya, di TPS para petugas KPPS harus mengawasi terus menerus sehingga banyak tekanan, yang tentu saja akan menyebabkan lelah.

Begitu pun jamaah haji. Ketika harus thawaf atau sa'i, mereka harus jalan ke sana ke sini, belum lagi makanannya tidak cocok, belum lagi bahasanya tidak paham, sehingga mereka menjadi lelah juga. Itu juga menyebabkan mudah terjadi sakit.

Muncullah gejala-gejala jantungnya, parunya dan seterusnya.

Maka, bagaimana untuk mencegah kelelahan? Daya tahannya harus diperbaiki dan emosinya harus dikendalikan. Jadi, kalau mengha dapi suatu respons jangan cepat be reaksi, tenang dulu, sabar dulu. Kalau memang sudah capek, jangan di teruskan capeknya, dikendorkan dulu.

Bagaimana mendeteksi kelelahan?

Belajar menghitung nadi. Bagaimana kalau nadinya cepat? kurangi dulu gerakannya. Kemudian, kalau tensi sedang tinggi, harus beristirahat.

Apa saran dokter?

Ya paling tidak pertama harus mengikuti aturan-aturan jam kerja.Ada batasan. Optimalisasi kerja seseorang harus difokuskan, atau bisa dibuat kerja shift seperti perawat, yaitu pagi, siang, dan malam.

Karena, kalau petugas terus-terus an mengawal ya jelas akan kelelahan, sehingga menjadi capek mental dan fisik. Kelelahan bersifat ge neral dan lokal. Karena itu, siapapun kalau pekerjaanya tidak mengindahkan waktu kerjanya, asupan makannya tidak terjaga, relaksasi tidak terjaga, maka dia akan mengalami kelelahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement