IHRAM.CO.ID, MATARAM— Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram menyatakan sebanyak 65 persen dari 756 calon jamaah haji (calhaj) asal Kota Mataram termasuk risiko tinggi.
"Sebanyak 65 persen yang risiko tinggi itu, bukan hanya sakit melainkan karena lanjut usia dan ada juga yang darah tinggi," kata Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram, Burhanul Islam, kepada sejumlah wartawan di Mataram, Jumat (14/6).
Dia mengatakan, setiap pemberangkatan, jumlah jamaah haji yang termasuk risiko tinggi cukup banyak. Karena itu, jamaah dengan risiko tinggi akan ada perlakuan khusus dari petugas kesehatan termasuk pendampingan.
Jumlah petugas kesehatan yang akan mendampingi masing-masing kelompok terbang (kloter) sebanyak tiga orang terdiri atas satu orang dokter dan dua paramedis.
"Dengan adanya petugas kesehatan ini, jamaah haji risiko tinggi bisa diperiksa secara rutin sesudah sampai di tanah suci. Dengan demikian, mereka bisa melaksanakan ibadah dengan lancar," katanya.
Sementara untuk mengantisipasi calon haji terjangkit berbagai virus berbahaya di tanah suci, kata Burhanul, Dinas Kesehatan sudah memberikan vaksin meningitis dan influenza kepada calhaj di masing-masing Puskesmas asal calhaj.
"Pemberian vaksin ini tetap dilakukan setiap tahun menjelang keberangkatan jamaah haji mengingat di Tanah Suci jamaah akan berinteraksi dengan jamaah dari berbagai negara," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr Usman Hadi, sebelumnya mengatakan calon haji yang masuk kategori risiko tinggi, rata-rata jamaah lanjut usia (lansia) sehingga membutuhkan pendampingan dari keluarga serta perhatian khusus dari para petugas.
Selain itu, ada juga jamaah yang memiliki penyakit namun masih bisa tetap ikut berangkat dengan catatan harus didampingi juga guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Penyakit yang dialami jemaah risti itu antara lain, diabetes, darah tinggi dan penyakit jantung," katanya.
Menurutnya, jamaah calhaj yang masuk kategori risiko tinggi karena penyakit itu saat ini terus dipantau tim kesehatan dari Puskesmas agar menjelang keberangkatan kondisi kesehatan mereka bisa lebih baik.
"Jamaah risiko tinggi karena penyakit ini juga perlu mendapatkan pendampingan serta perhatian serius dari petugas haji," katanya.