Rabu 26 Jun 2019 23:57 WIB

Tiga Aspek Perbaikan Layanan Bimbingan Haji oleh Kemenag

Perbaikan layanan bimbingan jamaah haji agar memaksimalkan kemabruran.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji shalat sembeari mengenakan ihram.
Foto: saudigazete.com
Jamaah haji shalat sembeari mengenakan ihram.

IHRAM.CO.ID, 

 

Baca Juga

 

 

 

Langkah Kemenag Perbaiki Layanan Bimbingan Ibadah Haji

 

JAKARTA—

Perbaikan layanan penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019M yang dilakukan Kementerian Agama tidak hanya sebatas pada segi layanan fisik, tetapi juga perbaikan layanan bimbingan jamaah haji.   

Kasubdit Bimbingan Jamaah Kemenag, Arsyad Hidayat, mengatakan tahun ini, Kemenag menerapkan sejumlah langkah guna melakukan peningkatan kualitas layanan bimbingan ibadah bagi jamaah haji. 

Menurut Arsyad, saat ini ironi di masyarakat banyak yang berasumsi kenaikan angka jamaah haji tidak sebanding dengan peningkatan kesalehan sosial. Fakta juga menunjukkan kecenderungan jemaah haji yang masih mengabaikan hal-hal ibadah ketika berada di tanah suci.  

"Ini yang kemudian menjadi perhatian Kemenag sehingga kita melakukan beberapa langkah dalam perbaikan bimbingan jemaah," kata Arsyad melalui keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, di Jakarta, Rabu (26/6). 

Arsyad menuturkan, pada tahun ini, pertama, Kemenag akan melakukan optimalisasi fungsi ketua rombongan (Karom) dan kepala regu (Karu) dalam satu kelompok terbang. Arsyad mengakui saat ini kuota pembimbing ibadah haji yang dimiliki Kemenag masih sangat terbatas, sehingga tidak sedikit jamaah haji yang tidak dapat menyempurnakan ibadah hajinya karena keterbatasan pengetahuan dan takut tertinggal rombongannya. “Dalam satu kelompok terbang, dengan jumlah jamaah sekitar empat ratus orang, hanya ada satu orang tim pembimbing ibadah haji Indonesia (TPIHI),” ujarnya. 

Melihat kondisi saat ini, pihaknya berharap akan meningkatkan pelayanan bimbingan dengan pemantapan manasik haji kepada jemaah yang berjumlah 12–45 orang dengan memberdayakan perangkat Regu dan Rombongan.

Dengan mengoptimalkan fungsi Karu dan Karom, pelaksanaan ibadah masing-masing jamaah haji dapat dimonitoring secara melekat. Selain itu untuk jemaah lansia, sakit, dan risiko tinggi (risti) juga akan diberikan kemudahan dalam beribadah hajinya.   

Arsyad meminta, Karu dan karom dapat menjadi perpajang tangan dari petugas kloter dengan meneruskan informasi yang didapatkan dari petugas kloter agar langsung disampaikan kepada jamaah hajinya. 

“Meneruskan informasi dari petugas kloter untuk disampaikan kepada jamaahnya,” tuturnya.

Saat berada di hotel, Arsyad juga meminta agar Karu dan Karom dapat membuka layanan konsultasi manasik yang bekerjasama dengan ketua rombongan atau pembimbing ibadah haji TPIHI.

Kedua, tahun ini Kemenag juga akan mengembangkan sistem pelaporan pelaksanaan bimbingan ibadah berbasis android. Menurut  Arsyad, pelaporan berbasis android ini akan mempermudah dan mempercepat laporan dari petugas pembimbing ibadah haji kloter kepada Daerah Kerja (Daker).  “Dengan aplikasi ini, mudah-mudahan ini juga mempercepat laporan-laporan kita lebih akurat,” kata Arsyad. 

Ketiga, seperti tahun lalu, Kemenag juga akan menurunkan tim konsultan ibadah haji dalam penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019M mendatang. Konsultan ibadah akan disebar di seluruh sektor karena kita melihat efektifitas tim ini di tahun lalu. "Ada tiga orang konsultan ibadah yang ditempatkan di kantor Daker, dan dua orang di masing-masing sektor,” kata dia. 

Tim konsultan ibadah selain bertugas memantau tiap-tiap sektor, mereka juga berkewajiban melakukan halaqah-halaqah bagi jemaah haji. Kemenag ingin mengembalikan makna haji seperti para ulama Indonesia masa lalu.   

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement