IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI diminta memberikan perhatian khusus terkait kesehatan dalam pelaksanaan ibadah haji 2019. Keberhasilan pelaksanaan haji tidak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan kesehatan.
"Karena itu, harus dipastikan bahwa pelayanan kesehatan bagi jamaah harus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya," kata Wakil Ketua Komisi IX Saleh Partaonan Daulay saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (27/6) kamarin sore.
Menurut Saleh selama ini peran Kemenkes RI melalui Pusat Kesehatan Haji Indonesia dalam mengawal kesehatan haji sudah baik. Meski demikian tetap harus ditingkatkan.
"Sudah ada perbaikan. Tetapi tentu masih perlu ditingkatkan," katanya.
Terutama pelayanan yang perlu ditingkat itu kepada jamaah haji kelompok risiko tinggi (risti). Puskes Haji Indonesia mesti mempersiapkan segala kebutuhan medis yang diperlukan. Di antaranya melakukan pengawalan dan pengawasan khusus terhadap jamaah risti.
"Melakukan cek kesehatan secara berkala selama mereka berada di tanah suci," katanya.
Saleh mengatakan haji merupakan ibadah fisik. Jamaah yang melaksanakannya harus sehat secara fisik dan psikis. Pelibatan fisik dalam ibadah haji dapat dilihat dalam ritual tawaf, sa’i, melontar jumrah, dan juga wukuf.
"Tidak mengherankan bahwa kesehatan dapat dikategorikan sebagai salah satu indikator kesanggupan (istitho’ah) seseorang dalam pelaksanaan ibadah haji," katanya.
Selain itu, kementerian kesehatan juga diminta untuk memprediksi cuaca dan suhu udara pada saat pelaksanaan ibadah haji nantinya. Sebab, suhu dan cuaca sangat mempengaruhi kesehatan para jamaah.
Jamaah harus benar-benar dipersiapkan untuk bisa beradaptasi dengan situasi yang ada di sana. Di Indonesia, jamaah sudah terbiasa dengan cuaca dan suhu yang relatif sama. Hal ini berbeda jauh ketika nanti berada di Saudi.
Di Tanah Suci perubahan suhu dan cuaca bisa berlangsung sangat cepat.
Kadang kala suhu udara sangat dingin, tetapi bisa berubah juga menjadi sangat panas.
"Beberapa tahun terakhir, suhu udara ketika wukuf berada pada kisaran 40 derajat celcius," katanya.
Pada suhu seperti ini, para jamaah lansia ada yang tidak mampu beradaptasi sehingga terkadang sampai tidak sadar karena dehidrasi. "Tahun lalu, saya melihat langsung keadaan seperti itu. Ini harus diantisipasi sejak sekarang," katanya.
Selain itu yang tidak kalah penting dalam proses penyelenggaraan ibadah haji dalam bidang kesehatan adalah, Kemenkes harus memperhatikan ketersediaan obat-obat yang dibutuhkan oleh jamaah.
Melalui pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum keberangkatan, kementerian kesehatan tentunya sudah tahu obat apa saja yang paling penting dipersiapkan."Dengan begitu, pelayanan kesehatan bagi jamaah tidak akan mengalami kendala," katanya.