AUSTRALIA PLUS -- Perjalanan kontestan asal Indonesia Tati Carlin di ajang kompetisi memasak Masterchef Australia berakhir hari Senin (1/7/2019) malam, dalam tayangan ke-16 serial reality show tersebut.
Tati semalam harus bersaing dengan dua peserta lain yaitu Tim dan Anushka untuk bisa bertahan di babak delapan besar Masterchef 2019.
Mereka harus membuat kue apel buatan salah satu chef perempuan terkenal Australia Kirsten Tibbals, yang memerlukan 92 langkah.
Dalam episode ini, kue yang dibuat Tati akhirnya dinyatakan mengalami beberapa kesalahan sehingga tidak seenak buatan dua kontestan lainnya.
Oleh karena itu langkah kontestan yang lahir di Banjarnegara (Jawa Tengah) tersebut terhenti di sembilan besar.
Pencapaian Tati Carlin yang kini tinggal di Sassafras, sebuah kawasan pemukiman di daerah perbukitan sekitar 35 km dari pusat kota Melbourne, melanjutkan apa yang sudah dilakukan beberapa peserta asal Indonesia sebelumnya.
Sebelumnya peserta seperti Reynold Poernomo di tahun 2015 berhasil masuk 4 besar, Michelle Lukman di tahun 2017, dan Jessica Liemantara di tahun 2018 yang juga masuk 4 besar.
Namun yang membedakan Tati dengan tiga peserta tersebut yaitu bahwa Tati memiliki kekuatan dengan masakan-masakan khas Indonesia. Sedangkan tiga peserta asal Indonesia sebelumnya lebih kuat dalam menampilkan makanan manis sebagai makanan penutup.
Dalam percakapan telepon dengan wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya hari Selasa (2/7/2019) Tati Carlin mengatakan bahwa dia memang sengaja untuk menampilkan masakan Indonesia di lomba Masterchef semaksimal mungkin.
"Saya merasa bahwa dibandingkan masakan dari negara lain seperti China atau Vietnam, masakan Indonesia kurang mendapat perhatian dan penghargaan," ujar Tati yang tinggal di Australia sejak tahun 2008.
Walau tidak berhasil maju sampai ke babak akhir, Tati yang pernah bekerja sebagai resepsionis hotel internasional di Indonesia dan Australia, bangga bisa memperkenalkan masakan Indonesia.
"Lomba Masterchef Australia ini sudah disebut sebagai lomba yang paling banyak ditonton di dunia. Masterchef Australia ini ditonton di lebih dari 100 negara," kata Tati lagi.
Memperkenalkan rempeyek
Salah satu masakan yang diingat oleh tiga juri yaitu Gary Mehigan, George Calombaris dan Matt Preston adalah rempeyek yang dibuat Tati bersama dengan garang asem.
Dalam episode ketika itu, para peserta diminta membuat masakan yang menggunakan bahan rahasia masing-masing, dan Tati yang berasal dari Jawa Tengah menggunakan kemiri sebagai salah satu bahan rahasia tersebut.
Rempeyek yang dibuatnya kemudian mendapat pujian dari para juri.
"Sebagai juri, George Calombaris termasuk orang yang susah terkesan dengan masakan para peserta. Ketika pertama kali George Calombaris melihat peyek itu dia mencoba, dan setelah itu dia melihat-lihat lagi, dan kemudian datang untuk mencoba lagi," ucap Tati.
"Dari situ saya tahu bahwa dia suka dengan rempeyek itu," katanya seraya tertawa.
Tati mengatakan bahwa kesukaannya memasak didapat dari neneknya, dan sampai sekarang dia memasak lebih menggunakan insting dibandingkan mengikuti resep.
"Saya suka mencampur bahan, dan kadang kesulitan memang kalau harus mengikuti petunjuk resep," kata Tati menjelaskan apa yang terjadi ketika dia harus berlomba dengan dua peserta lain hari Senin malam guna memasak kue buatan Kirsten Tibbals.
Masterchef Australia tahun 2019 merupakan musim yang ke-10, dan Tati mengatakan sebelumnya dia suka menonton walau tidak begitu teratur.
"Suami saya yang menganjurkan untuk mendaftar. Setelah menimbang-nimbang selama empat minggu, saya memutuskan mendaftar dan keesokan harinya dipanggil audisi," kata perempuan berusia 49 tahun tersebut.
Sekarang setelah selesai mengikuti Masterchef, apa rencana Tati selanjutnya?
"Saya sekarang bekerja dua hari di sebuah cafe di Sassafras, Proserpina Bakehouse. Pemiliknya Gary Copper juga terkenal karena ikut Masterchef Professional. Saya memasak makanan Asia sekali seminggu di sana," kata Tati.
Dia juga bermaksud untuk memperkenalkan masakan Indonesia semaksimal mungkin termasuk rempeyek kepada masyarakat Australia.
"Mungkin tidak dalam skala besar-besaran karena kalau seperti itu, mungkin royaltinya kecil dan saya tidak bisa memantau mutunya."
"Saya akan mencoba membuat makanan yang bisa dijual di kalangan lebih kecil," ujar Tati yang selama beberapa tahun terakhir juga sudah banyak terlibat dalam kegiatan masak-memasak di kalangan masyarakat Indonesia di Melbourne.
Simak berita-berita ABC Indonesia lainnya di sini