Sabtu 06 Jul 2019 20:10 WIB

Diperlukan Pedoman Pelayanan Kesehatan Penerbangan Haji

Risiko yang timbul pada kesehatan penerbangan di antaranya hipoksia.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, PKHI, Pusat Kesehatan Haji Indonesia, Eka Jusup Singka.
Foto: Darmawan / Republika
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, PKHI, Pusat Kesehatan Haji Indonesia, Eka Jusup Singka.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Jamaah yang terdaftar kelompok terbang (kloter) pertama mulai diberangkatkan, Sabtu (6/7). Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka meminta petugas kesehatan perhatikan beberapa keadaan yang sakit dapat timbul dan memperberat keadan jamaah yang mempunyai penyakit sebelumnya.

"Untuk memahami hal tersebut di atas diperlukan suatu pedoman pelayanan kesehatan penerbangan dalam penyelenggaraan haji," kata Eka belum lama ini.

Baca Juga

Eka menuturkan, pedoman pelayanan kesehatan penerbangan dalam penyelenggaraan haji meliputi pemahaman tentang kesehatan penerbangan dan faktor risiko, penyakit- penyakit yang beresiko terhadap lingkungan penebangan kelaikan terbang, Medical Information Form (MEDIF), Tanazul dan hal-hal yang perlu diperhatikan TKHI dan dokter lainnya dalam pelayanan kesehatan saat penerbangan haji.

"Risiko yang timbul pada kesehatan penerbangan di antaranya hipoksia," katanya.

Eka menuturkan, hipoksia adalah kekurangan oksigen dalam jaringan tubuh akibat penurunan jumlah dan konsentrasi molekuler dari oksigen. Dalam penerbangan hal hal ini terjadi akibat jatuhnya tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihirup seiring dengan peningkatan ketinggian melebihi kemampuan fisiologis tubuh manusia.

"Tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihirup berkurang secara progresif dibandingkan dengan udara yang dihirup di permukaan laut," katanya.

Eka menuturkan penyebab dasar terjadinya hipoksia yang tidak disengaja dalam penerbangan adalah penambahan ketinggian tanpa suplementasi oksigen yang mencukupi, kegagalan alat bantu nafas atau penurunan tekanan kabin pesawat secara tiba-tiba.

Selain ketinggian kata Eka, apapun yang mengganggu kemampuan darah untuk membawa oksigen dapat menyebabkan hipoksia. Misalnya anemia karbonmonoksida dan obat-obatan tertentu.

"Otak kita tidak memiliki sistem alarm untuk memberitahu saat kita tidak memperoleh cukup oksigen," katanya.

Menurutnya, gejala utama dari hipoksia adalah euforia yang berkembang menjadi melambatnya reaksi gangguan kemampuan berpikir kelelahan dan sakit kepala.

Gejala hipoksia sering tidak disadari, onset atau waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya timbul perlahan pada ketinggian diatas 10 ribu kaki. Saturasi oksigen diperiksa dengan alat pulse oximetry penanganan hipoksia dilakukan dengan pemberian oksigen tambahan.

"Salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan terjadinya resiko hipoksia pada jamaah haji adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement