Ahad 07 Jul 2019 17:53 WIB

Labbaik Allahumma Labbaik

Kalimat talbiyah, terus terucap dan bergema sejak berganti pakaian ihram.

Syahruddin/Wartawan Republika.co.id
Foto: Dok Pri
Syahruddin/Wartawan Republika.co.id

IHRAM.CO.ID,  Oleh Syahruddin El Fikri dari Madinah, Arab Saudi

Labbaik Allahumma Labbaik.

Labaika Laa Syarika Laka Labbaik.

Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulk.

Laa Syarika Lak.

"Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu."

"Tidak ada sekutu bagi-Mu."

"Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan adalah Milik-Mu."

"Tiada sekutu bagi-Mu."

Kalimat talbiyah ini berulang kali terlontar dari mulut penulis yang fakir ini. Ungkapan rasa syukur atas anugerah Allah hingga penulis tahun 2019/1440 ini bisa 'kembali' menginjakkan kaki yang 'dhaif' ini di Tanah Suci, Makkah dan Madinah." Dua kota suci paling bersejarah dan mulia bagi umat Islam di seluruh dunia.

'Kembali' menginjakkan kaki ke Tanah Suci, pada tahun ini, karena sebelumnya pada tahun 2013 silam, penulis bersama istri tercinta, dan keluarga (ibu), melaksanakan umrah ke Haramain ini. Kini dengan status berbeda, penulis kembali hadir untuk melaksanakan tugas suci, menjadi petugas haji, sekaligus melaksanakan ibadah haji. Insya Allah.

Ada perbedaan mendasar antara yang pertama maupun yang kedua ini. Yang pertama, karena pertama kali, sehingga semuanya terasa asing. Sedangkan yang kedua, karena sudah ada pengalaman sehingga bisa langsung menuju tempat yang diinginkan.

Perbedaan yang kedua, tentu soal perasaan hati. Walau sama-sama harus 'tersungkur ' sujud sebagai wujud syukur dengan (maaf) linangan air mata atas anugerah dan kesempatan ke Tanah Suci, namun yang membedakan tentu perasaan antara berangkat sendiri dengan bersama keluarga. Kesamaannya, sama-sama tak mampu membendung air mata yang tumpah saat berada di rumah Allah (Baitullah).

Ya, hampir semua jamaah yang menginjakkan kaki di Baitullah akan merasakan hal serupa. Menangis sesenggukan tanpa bisa dikendalikan.Jika tidak menangis, ya mungkin perasaannya memang berbeda. No problem.

Kalimat talbiyah, terus terucap dan bergema sejak berganti pakaian ihram ketika tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Begitu pula saat di kendaraan yang membawa diri al-fakir dan rombongan ke Baitullah.

Kalimat itu semakin ramai terdengar, apalagi ketika saat melakukan thawaf qudum(kedatangan). Tentu saja ditambah dengan doa-doa lainnya sebagaimana diajarkan para ulama  yang mereka pelajari dari hadis Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran.

Semakin melirik ke arah Ka'bah, air mata makin tak bisa dibendung. Bahkan saat membuat artikel ini pun perasaan terharu masih terasa. Selalu ada rindu pada Baitullah. Rindu akan menyaksikan bangunan suci nan mulia yang dibangun Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Ismail AS.

Sudah puluhan abad bangunan berbentuk kubus ini berdiri, ia tak berubah bentuk. Dan tak akan mungkin berubah bentuk, sampai Allah SWT menginginkan yang lain. Allahu akbar. Sungguh Allah Maha Besar.

Sejumlah jamaah lain, baik dari Indonesia maupun dari negara lainnya, tampak sendu wajahnya. Bekas-bekas air mata sesuai menangis masih tampak di wajah mereka.

Bahkan ada yang tak mampu mengendalikan diri hingga meratap ke dinding Ka'bah. Meraba dan menyentuhnya dengan linangan air mata.

Tak sedikit yang mengalami hal ini. Tua-muda, anak-anak, Laki-laki maupun perempuan, menangis bersama-sama. Mereka tak malu menangis di depan orang banyak. Bahkan mereka bersyukur bisa melepaskan kerinduannya pada Baitullah yang menjadi kiblat umat Islam di seluruh dunia tersebut.

Banyak pula yang mengabadikan diri mereka dengan kamera pribadi. Berselfie maupun memotret bangunan Masjidil Haram lainnya. Pamer? Jangan mudah berburuk sangka. Mungkin saja itu dilakukan sebagai wujud ungkapan rasa syukur atas anugerah nikmat yang diberikan Allah SWT hingga sebagiannya bisa mereka pergunakan untuk beribadah ke Tanah Suci dan menunaikan ibadah haji.

Barangkali ini juga sebagai bukti, jika nanti ada pertanggungjawaban yang harus dilaporkan. Doakan saja ibadah para tamu-tamu Allah ini semuanya diterima dan mereka semua mendapatkan predikat haji mabrur. Aamiin.

Selain itu, semoga ibadah yang mereka jalankan, makin membuat ibadah mereka ketika kembali ke kampung halaman menjadi semakin baik dan menjadi teladan bagi masyarakatnya.

Yang pasti, siapapun orangnya, pasti ia rindu ke Baitullah. Karena itu, mereka mendoakan rekan maupun sahabatnya agar bisa ke Tanah Suci dan melaksanakan ibadah haji maupun umrah bersama keluarga.

Buktinya, mereka yang sedang berangkat ke Tanah Suci selalu mendapatkan titipan doa. Ya, sahabat-sahabatnya, relasinya meminta didoakan. Baik doa agar bisa ke Tanah Suci, agar punya anak, anak-anaknya saleh-salehah, hafal Al-Quran, keluarganya sakinah mawaddah wa Rahmah, mohon segera mendapatkan jodoh, karier lancar, usahanya berkah dan berkembang, lulus ujian sekolah, serta berbagai permohonan lainnya. Semoga doa-doa jamaah dikabulkan Allah SWT. Juga pembaca Republika.co.id semoga semua hajatnya dikabulkan Allah. Aamiin.

Labbaik Allahumma Labbaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement