Rabu 10 Jul 2019 16:31 WIB

Jamaah Haji Diimbau Membawa Alat Pelindung Diri

Jamaah haji dimbau membawa alat pelindung diri selama menjalankan ibadah.

Kepala PPIH Daker Makkah, Subhan Cholid (pakai peci) bertemu dengan anggota Media Center Haji di Kantor Urusan Haji Indonesia di Makkah, Rabu (10/7). Dalam pertemuan itu, awak media dan Subhan saling berdiskusi soal penyelenggaraan ibadah haji di Makkah.
Foto: Republika/Muhammad Hafil
Kepala PPIH Daker Makkah, Subhan Cholid (pakai peci) bertemu dengan anggota Media Center Haji di Kantor Urusan Haji Indonesia di Makkah, Rabu (10/7). Dalam pertemuan itu, awak media dan Subhan saling berdiskusi soal penyelenggaraan ibadah haji di Makkah.

IHRAM.CO.ID, MADINAH —Jamaah haji Indonesia diimbau untuk selalu membawa alat pelindung diri (APD) selama menjalankan Ibadah di Tanah Suci. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak baik menyangkut kenyamanan jamaah dalam beribadah.

“Bawa alat pelindung diri seperti payung atau topi, sandal, masker, semprotan wajah, agar tidak terpapar secara langsung dengan sinar matahari yang cukup panas di Tanah Suci,” kata Koordinator Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi, dr Erwinsyah, di Madinah, Rabu (10/7).

Berdasarkan pantauan Republika, cuaca dan suhu di Arab Saudi rata-rata berada pada kisaran 44-48 derajat Celcius pada siang hari, dan 32-36 derajat Celsius pada malam hari. Sedangkan untuk kelembapan udara cukup rendah, yakni pada 19-20 derajat siang hari, dan 23-26 derajat di malam hari.

Erwinsyah meminta jamaah dapat mematuhi dan menjaga diri selama melaksanakan Ibadah di Tanah Suci. “Jangan lupa, minum air yang banyak, agar tidak gampang kelelahan atau sampai kekurangan cairan (dehidrasi),” ujarnya.

 

Erwin mengingatkan,saat ini sejumlah jamaah telah mengalami kelelahan. Selain karena factor perjalanan yang cukup panjang selama kurang lebih delapan hingga sembilan jam dari Tanah Air menuju Tanah Suci, juga suhu yang sangat panas. “Jadi kita sarankan, jamaah dapat menjaga diri dengan baik,” terangnya.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan, kata Erwin, soal alas kaki. “Keramik atau marmer yang terkena sinar matahari, membuat tambah panas. Sehingga jamaah tidak disarankan melepas alas kaki selama di Pelataran Masjid Nabawi.”

Dalam pantauan //Republika//, beberapa jamaah kehilangan atau bahkan melepaskan alas kakinya saat berada di pelataran Masjid Nabawi. Misalnya yang dialami Rochmani bin Rohmat, jamaah Embarkasi Jakarta-Pondok Gede.

Pria berusia 62 tahun ini ditemukan petugas Pembinaan, Perlindungan, dan Pelayanan Jamaah Haji (P3JH) Indonesia, tidak memakai sandal. Ia tampak kepanasan, sebelum akhirnya dibantu ke Sektor Khusus (Seksus) Masjid Nabawi, pos pelayanan jamaah haji Indonesia.

“Saya lupa meletakkan sandal. Seingat saya, saya masuk dari pintu 37-38 Masjid Nabawi, dan sandal saya letakkan di loker depan, tetapi saat saya keluar Masjid, sandal saya sudah tidak ada,” kata dia.

Petugas pun kemudian memberikan sepasang sandal untuk dipakai pria asal Mampang Prapatan, Jakarta Selatan tersebut. “Terima kasih banyak,” ungkapnya.

Petugas dari P3JH Arab Saudi, Odah Amk, mengatakan, jamaah bernama Rokhmani bin Rohmat mengaku kehilangan sandalnya. Odah menceritakan, sebelumnya juga banyak jamaah lain yang tidak memakai sandal.

“Mungkin karena kebiasaan di daerah, jadi saat ke Tanah Suci, sandalnya hanya ditenteng saja. Terutama pada pagi hari, mereka melepas alas kaki,” kata Odah.

Ia menambahkan, sedikitnya lima hingga 10 jamaah yang tidak memakai atau bahkan kehilangan alas kaki. Tim P3JH Arab Saudi kemudian memberikan sandal atau alas kaki yang disediakan demi kenyamanan jamaah.

“Khawatir telapak kaki jadi melepuh karena panasnya cuaca bila tidak memakai alas kaki,” kata Odah.

Hal serupa juga disampaikan Rahmadi, jamaah asal Cikarang, Bekasi. Jamaah lainnya memakai sandal atau sepatu, sementara dirinya seorang diri yang tidak menggunakan. Ia mengatakan, sandalnya ada dan sengaja disimpan di dalam tasnya, karena akan memasuki Masjid Nabawi.

Ada pula jamaah yang mengira pelataran Masjid Nabawi sudah bagian dari Masjid, sehingga ia melepaskan alas kakinya. Hal itu dilakukan oleh Mahfudz, jamaah asal Bangkalan, Madura.

“Masjid itu suci. Lok pakek sandal amper Masjid (jangan pakai sandal di pelataran masjid, red). Nanti kotor,” kata Mahfudz dalam logat Madura yang kental.

Namun demikian, tidak hanya jamaah asal Indonesia yang tidak menggunakan alas kaki, beberapa jamaah asal India, Pakistan, maupun Turki juga tidak menggunakan sandal ketika berada di pelataran Masjid Nabawi.

Sampai hari ini setiba di tanah suci, jamaah haji yang kelelahan terus bertambah. Beberapa hari sebelumnya, puluhan jamaah kecapekan dan akhirnya mengalami dehidrasi. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, sudah merawat puluhan jamaah, mulai dari kekurangan cairan, kelelahan, dehidrasi, hingga gangguan psikis.

“Faktor utamanya memang kelelahan akibat faktor suhu yang panas. Namun, semua bisa terjadi bila tidak tertangani secara optimal,” kata Direktur KKHI Madinah, Amsyar Akil.

Suratno, jamaah asal Cikarang, Bekasi, mengatakan, istrinya, Muhabbah mengalami kecapekan. “Sebenarnya kami membawa kursi roda, namun kursi rodanya masih di pihak panitia, sehingga terpaksa berjalan kaki ke Masjid Nabawi,” ujarnya. Berkali-kali, ia berhenti berjalan dan duduk beristirahat, karena tidak kuat melangkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement