Jumat 12 Jul 2019 05:12 WIB

Kisah Gigih Penarik Becak Bisa Naik Haji

Samsunur mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sejak 2004.

Ilustrasi jamaah calon haji asal Sumatra Barat melambaikan tangan kepada keluarga mereka menjelang keberangkatan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatra Barat.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Ilustrasi jamaah calon haji asal Sumatra Barat melambaikan tangan kepada keluarga mereka menjelang keberangkatan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatra Barat.

IHRAM.CO.ID, SOLOK -- Seorang penarik becak, Samsunur (58), akhirnya bisa naik haji bersama istrinya, Kasmawati (55), pada 2019. Samsunur yang tinggal di Kelurahan Aro IV Korong, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Sumatra barat ini bisa naik haji setelah mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sejak 2004.

''Saya dan istri mendaftar haji pada 2011, harusnya jatah berangkat 2020, tapi Alhamdulillah dimajukan menjadi 2019,'' kata Samsunur di Solok, Kamis (11/7), didampingi istrinya.

Ia menyebutkan pekerjaannya sebagai penarik becak, tidak menghalangi niatnya untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci di Arab Saudi. Dengan penghasilan sekitar Rp 40 ribu hingga Rp 75 ribu sehari, ia dan istrinya tetap bisa menyisihkan penghasilannya sejak 2004 untuk mewujudkan cita-citanya ke Baitullah.

''Anak saya belum bisa membantu. Karena ada yang sudah berkeluarga, tapi baru cukup untuk keluarganya,'' ujarnya.

 

Samsunur menyebutkan dulu ia memakai becak kayuh sejak 1985. Pada 2007, dia baru memakai becak motor.

Hampir 34 tahun ia menjadi tukang becak. Ia memiliki langganan orang pasar seperti penjual sate, bubur candil, buah-buahan, petani untuk mengangkut pupuk atau benih, orang menjual baju dan lainnya.

Ia menerapkan sistem "bayar seikhlasnya" ke setiap pelanggan dan orang yang memakai jasanya. ''Semua yang bisa saya angkut muatannya, pasti dibantu dengan tarif sesuai pemberian mereka. Tidak saya patok, terkadang diberi Rp 5 ribu, Rp 7 ribu bahkan lupa dibayar,'' ujarnya.

Samsunur pindah ke Solok pada 1985 saat menikah dengan Kasmawati. Dulu istrinya membantu keuangan dengan berjualan makanan ringan seperti kerupuk kuah di depan rumah. Sejak operasi kista pada 2010, Kasmawati tidak lagi menjual kerupuk.

Sejak 1995, ia tidak lagi membawa becak menunggu di pasar tetapi dari rumah jika dipesan pelanggan. Tapi ayah dengan lima orang anak ini tidak pernah mengeluh untuk dapat mewujudkan rukun Islam yang kelima tersebut.

Pada Juni sebelum manasik haji, ia akhirnya dikabarkan salah satu rombongan haji lainnya jika jatahnya dapat dimajukan di 2019. Samsunur dan istrinya sangat senang dan bersyukur mendengar kabar tersebut. Mereka pun berangkat haji pada Rabu (10/7) menuju Embarkasi Padang terlebih dahulu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement