Rabu 17 Jul 2019 14:19 WIB

Fenomena Alam di Sekitar Ka'bah

Terjadi peristiwa matahari tepat di atas Ka'bah dan gerhana bulan.

Seorang jamaah haji melintas di pelataran Ka'bah, Masjid Al-Haram, Arab Saudi, Selasa (16/7) siang. Pada saat siang hari, terjadi peristiwa istiwa atau posisi matahari tepat di atas Ka'bah.
Foto: Muhammad Hafil/Republika
Seorang jamaah haji melintas di pelataran Ka'bah, Masjid Al-Haram, Arab Saudi, Selasa (16/7) siang. Pada saat siang hari, terjadi peristiwa istiwa atau posisi matahari tepat di atas Ka'bah.

IHRAM.CO.ID,  Oleh Muhammad Hafil dari Makkah, Arab Saudi

 

Baca Juga

Dua fenomena alam terjadi di sekitar Ka'bah, Masjid al-Haram, dengan waktu yang berdekatan. Yang pertama yaitu, istiwa atau istiwa a'dham atau rashdul qiblah. Artinya, waktu matahari di atas Ka'bah, di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.

Peristiwa ini terjadi selama dua hari pada Senin (15/7) dan Selasa (16/7). Waktunya pada azan Zhuhur waktu Makkah atau pada pukul 16.27 WIB atau 17.27 WITA.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Masjid al-Haram, saat terjadinya istiwa itu di hari pertama, sinar matahari sangat terik menyengat kulit. Tak ada awan yang menghalangi pancaran sinar matahari langsung ke atas Ka'bah.

Pada saat itu, objek yang ada di sekitar Ka'bah tidak memunculkan bayangan. Ini bisa dilihat dari orang-orang yang berdiri tegak lurus atau sebuah botol yang didirikan di lantai masjid, sama sekali tak menunjukkan bayangannya.

Sementara pada hari kedua, di langit sekitar Ka'bah sedikit tertutup awan. Kemudian, terjadi sedikit angin yang berisi pasir yang membuat pandangan sedikit terhalang.

Pancaran sinar matahari juga tak sepanas satu hari sebelumnya di hari yang sama. Namun, tetap obyek di sekitar Ka'bah yang berdiri tegak lurus tak menunjukkan bayangannya.

Terkait peristiwa ini, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kemenag, Agus Salim mengatakan ristiwa tersebut biasanya digunakan umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblat. "Verifikasi dapat dilakukan dengan menyesuaikan arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda pada saat rashdul qiblah," kata Agus beberapa hari lalu.

photo
Suasana di langit Masjid Al Haram saat terjadi gerhana bulan, Selasa (16/7) malam hingga Rabu (17/7) dini hari waktu Arab Saudi. Saat terjadi fenomena alam ini, jamaah haji melaksanakan shalat gerhana di Masjid al-Haram.

Peristiwa kedua terjadi pada Selasa (16/7) pukul 23.20 waktu Arab Saudi (WAS) hingga Rabu (17/7) pukul 00.15 WAS. Di mana, terjadi peristiwa gerhana bulan di langit Makkah.

Atas peristiwa ini, dilakukan shalat gerhana di Masjid Al Haram yang dilaksanakan sbeanyak dua rakaat. Durasi waktu shalat ini dilakukan pada Selasa (16/7) pukul 23.20 hingga Rabu (17/7) pukul 00.15 WAS. Shalat digelar dalam fase gerhana sebagian di atas langit Masjid al-Haram.

Shalat gerhana ini dipimpin Syekh Abdullah bin 'Awwad Aljuhany. Setelah shalat, khatib berkhotbah mengajak jamaah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap kekuasaan Allah.

“Mari kita tingkatkan taqwa dan marilah kita ingat bahwa fenomena alam ini tanda kekuasaan Allah," katanya.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id sejumlah jamaah haji yang telah datang ke Makkah mengikuti prosesi ibadah ini. Tidak terkecuali, jamaah Indonesia yang datang secara berkelompok baik dari hotel maupun setibanya dari Madinah untuk melaksanakan umrah.

Darmono, salah seorang jamaah haji Indonesia asal Jakarta merasa bersyukur bisa menemui fenomena alam ini saat baru tiba di Makkah. "Tidak semua orang pas kebetulan di Makkah bisa melaksanakan shalat gerhana di Masjid al-Haram," kata Darmono.

Menurut dia, sebenarnya fenomena gerhana bulan adalah fenomena alam biasa. Namun, karena dia bisa melihatnya dan melaksanakan shalat gerhana, menjadi sesuati yang berbeda.

"Selama ini saya hanya melihat Ka'bah di televisi. Sekarang ada di depan saya dan langsung ada gerhana bulan juga. Rasanya campur aduk apalagi terjadinya ketika saya sedang umrah," kata Darmono.

Namun, selama pelaksanaan shalat gerhana ini, masih terlihat aktivitas lainnya yang dilakukan oleh jamaah. Di antaranya jamaah masih tetap melakukan thawaf mengelilingi Ka'bah. Selain itu, jamaah juga masih ada yang melakukan sa'i yaitu menelusuri jalur bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali putaran.

Lainnya, ada juga jamaah yang sekadar itikaf. Membaca Alquran dan berzikir. Untuk diketahui, shalat gerhana ini memang dihukumi sunat, bukan wajib.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement