Kamis 25 Jul 2019 16:04 WIB

Jamaah Haji Embarkasi Lombok Paling Banyak Tersasar

Petugas haji juga sempat mengalami kendala komunikasi bahasa daerah asal jamaah

Rep: Syahruddin El-Fikri/ Red: Hasanul Rizqa
Jamaah haji Indonesia bersiap meninggalkan Masjid Bir Ali Madinah untuk menaiki bus yang akan membawa mereka menuju Makkah,  Rabu (24/7). Masjid Bir Ali atau Masjid Dzulhulaifah ini menjadi tempat miqat atau niat ihram bagi jamaah haji yang berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk berhaji atau umrah.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Jamaah haji Indonesia bersiap meninggalkan Masjid Bir Ali Madinah untuk menaiki bus yang akan membawa mereka menuju Makkah, Rabu (24/7). Masjid Bir Ali atau Masjid Dzulhulaifah ini menjadi tempat miqat atau niat ihram bagi jamaah haji yang berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk berhaji atau umrah.

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Ratusan aduan diterima petugas haji Indonesia di masing-masing sektor wilayah daerah kerja (Daker) Madinah hingga Kamis (25/7). Di Sektor Khusus (Seksus) Masjid Nabawi, jumlah jamaah yang mengadu mencapai ratusan orang. Begitu juga di Daker Madinah. Jumlahnya mencapai lebih dari 130 aduan.

Dari data yang dihimpun Daker Madinah, jamaah yang mengadu karena tersasar berasal dari banyak embarkasi. Misalnya, Surabaya, Padang, Banjarmasin, Jakarta-Pondok Gede, Jakata-Bekasi, Medan, dan Solo.

Baca Juga

“Tapi cukup mendominasi jamaah dari Embarkasi Lombok (LOP),” kata Anang Wisnu, kasi Linjam Daker Madinah, kepada wartawan Media Center Haji (MCH) di Madinah, Kamis (25/7).

Berkaca dari data tersebut, pihaknya berharap bisa melayani jamaah dengan baik. Begitu pula dengan pihak Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) dan Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD).

 

"Secara umum, kita juga ingin adanya perhatian khusus, dan menjadi catatan dari embarkasi asal agar jamaah bisa lebih terlayani," ujar dia.

Permasalahan yang dialami umumnya disebabkan kurangnya pengalaman jamaah bepergian ke luar kota. Malahan, ada jamaah yang mengira Madinah adalah bagian dari daerah tempatnya berasal.

“Ada jamaah yang menyatakan, dia mau pulang ke rumahnya sambil menunjuk ke arah Jabal Uhud. Katanya tinggal sedikit lagi,” ungkap Anang. Untuk diketahui, jarak antara lokasi Jabal Uhud dan kantor Daker Madinah sekitar 5 kilometer.

Menurut dia, faktor kelelahan juga menjadi pemicu kebingungan jamaah. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang sempat dehidrasi.

“Mereka lelah sekian jam penerbangan, lalu tiba di Madinah, cuaca panas, bingung bertemu banyak orang,” jelasnya.

 

Faktor Bahasa

Kendala lain yang dialami petugas haji, khususnya bagian Linjam, terkait faktor bahasa.

“Ada jamaah yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia. Bisanya hanya bahasa daerah. Kebetulan (petugas haji) berbeda daerah dengan jamaah yang ditangani. Akhirnya, agak sulit memahami kondisi jamaah,” terang Anang.

Pernyataan senada juga disampaikan Endah Setyaningrum, anggota Linjam Seksus Nabawi. Menurut dia, tidak hanya jamaah haji Indonesia asal Lombok yang banyak tersasar atau terpisah dari rombongan. Dia menyebut jamaah asal Medan dan Surabaya.

“Kalau Embarkasi Surabaya beberapa di antaranya berasal dari Madura, Magetan, juga Tulungagung,” kata dia.

Daerah lainnya adalah dari Embarkasi Ujung Pandang dan sekitarnya, seperti Makassar, Palopo, Maluku, dan Papua. Kendala bahasa ini membuat petugas kesulitan menyegerakan evakuasi.

“Terkadang hanya dengan bahasa isyarat saja,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement