IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan kartu perdana seluler lokal di Arab Saudi selama pelaksanaan haji tidak direkomendasikan. Jamaah haji asal Indonesia justru disarankan untuk tetap menggunakan kartu telekomunikasi yang berbasis di Tanah Air.
“Saya selaku konsul haji pada waktu musim pertama itu tidak memberikan satu pun rekomendasi terhadap tiga perusahaan (telekomunikasi) itu. Alasannya, ini kompetisi. Biarkan saja mereka berkompetisi di lapangan sehingga mereka ada yang ke embarkasi ke Indonesia dan ke asrama-asrama,” jelas Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2019 Endang Jumali di Mekkah kepada Antara, Rabu (31/7).
Ia menuturkan, pihaknya sempat mengirimkan surat protes terkait kondisi bandara di Arab Saudi. Sebab, saat itu jamaah haji sempat terkendala adanya penjaja (marketers) yang menjual produk kartu-kartu seluler lokal.
Protes yang dikirimkan kepada Kementerian Haji Arab Saudi itu kemudian mendapatkan respons. Pihak Arab Saudi juga menindaklanjuti dengan melakukan penertiban di lapangan oleh tentara baret merah.
“Penertiban cukup luar biasa sehingga aksi-aksi pemasar tersebut berkurang. Bahkan, sekarang ada aturan tidak boleh (marketers) mencegah, tidak boleh mencegat, atau menghalangi jamaah yang baru tiba sehingga mereka tidak terganggu,” katanya.
Dia tidak memberikan rekomendasi kepada satu pun dari perusahaan itu untuk menghindari monopoli dan persaingan usaha antara mereka.
“Kalau kita berikan rekomendasi salah satu dari tiga perusahaan itu tentu ada monopoli, tentu dari sikap kami yang memberikan kebebasan karena ini adalah usaha mereka akhirnya berkompetisi di bandara dan hotel-hotel karena tidak kami berikan secara khusus rekomendasi salah satu dari tiga perusahaan,” ujar dia.
Kartu Seluler yang Dibeli dari Jakarta
Keberadaan salah satu operator seluler Arab Saudi di Embarkasi Jakarta, misalnya, disebut oleh Endang mungkin merupakan rekomendasi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) di Jakarta.
“Ya tentu di embarkasi sudah diberikan rekomendasi dari PHU Jakarta. Kami di sini selaku teknis urusan haji tidak memberikan rekomendasi pada tiga perusahaan itu,” katanya.
Sampai saat ini, jamaah Indonesia banyak yang mengeluhkan kartu perdana seluler lokal yang mereka beli dari salah satu operator seluler yang membuka loket di Embarkasi Jakarta. Kartu-kartu itu ternyata banyak yang tidak bisa digunakan atau bahkan hanya sekadar untuk top up.
“Karena finger print mereka berbeda. Jadi, ketika kami berikan rekomendasi, katakanlah pada Zain, maka finger print yang di Zain tak bisa ke STC dan Mobily. Maka, ketika dibebaskan, bisa terjadi dua finger print jadi tak aktif salah satunya,” papar Endang.