IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pelaksanaan puncak ibadah haji di Tanah Suci akan dimulai sejak 8 Dzulhijah 1440 Hijriah atau 9 Agustus 2019. Jamaah haji akan bergerak dari hotel atau penginapan masing-masing ke Padang Arafah.
Untuk selanjutnya, mereka akan bertolak ke Muzdalifah dan Mina hingga 13 Dzulhijah atau 14 Agustus 2019. Di Arafah, mereka akan melakukan prosesi wukuf. Adapun ibadah di Muzdalifah dan Mina dimulai pada 10-13 Dzulhijah atau 11-14 Agustus 2019 mendatang.
Seluruh prosesi ini dikenal sebagai puncak haji atau Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Menurut perkiraan, ada tiga juta jamaah haji dari seluruh dunia yang akan mengikuti puncak haji. Sebanyak 231 ribu orang di antaranya berasal dari Indonesia.
Tujuh hari lagi jamaah haji akan melaksanakan Armuzna. Melihat kondisi itu, jamaah sangat disarankan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Mereka diminta agar saat ini lebih berfokus pada pelaksanaan Armuzna. Sebab, di sanalah terdapat proses ibadah haji yang sifatnya rukun dan wajib.
Jamaah diimbau untuk menghindari segala aktivitas yang kurang penting. Misalnya, berziarah ke tempat-tempat yang tidak termasuk dalam rangkaian ibadah haji, misalnya menyambangi Jabal Rahmah di Arafah. Jamah juga diingatkan agar tidak berburu oleh-oleh semisal di Pasar Jafaria, Dahlatul Jin.
Hal lainnya, jamaah disarankan agar menghindari umrah sunah berulang kali. Tak hanya itu, jamaah juga diimbau tidak pergi bolak-balik dari hotel tempatnya menginap ke Masjid al-Haram, Makkah.
Sejumlah jamaah melaksanakan tawaf, mengelilingi Ka'bah sebagai bagian dari pelaksanaan ibadah umrah, Sabtu (3/8) dinihari waktu Arab Saudi. Menjelang puncak haji, jamaah memanfaatkan waktu luang untuk beribadah.
Sebab, semua aktivitas itu akan sangat menguras waktu dan tenaga. Sebagai contoh, umrah sunah. Untuk melakukan hal itu, seorang jamaah perlu berangkat dari hotel ke Masjid Aisyah di Tan'dulu untuk mengambil mikat. Lantas, tawaf mengelilingi Ka'bah memerlukan durasi waktu paling cepat dua jam.
Pada intinya, PPIH Arab Saudi tak melarang segenap aktivitas itu. Karena itu, permintaan tadi hanya berupa imbauan atau saran.
Alangkah lebih baiknya jika semua aktivitas itu dilakukan setelah pelaksanaan puncak haji di Armuzna. Saat ini, jamaah perlu menjaga kondisi kesehatan, baik fisik maupun psikis agar tidak kelelahan.
Puncak haji memerlukan tubuh yang tetap bugar dan sehat. Wukuf di Arafah, misalnya, membutuhkan tenaga fisik yang besar. Sebab, tiap jamaah diharuskan berjalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh untuk melempar jumrah.
Tak Perlu Shalat 5 Waktu di Haram
Menurut keterangan konsultan PPIH Arab Saudi KH Ahmad Kartono, shalat lima waktu di luar area Masjid al-Haram pun tetap utama. Dalam arti, seseorang yang melakukan ibadah shalat di luar Masjid al-Haram insya Allah juga meraih pahala yang berlipat ganda, sebagaimana dia melakukan shalat di area masjid itu.
Sebab, cakupan pelipatgandaan itu ialah ketika seseorang shalat di seluruh Tanah Suci Makkah, bukan hanya Masjid al-Haram.
"Ibnu Abbas (sahabat Nabi SAW) menyatakan bahwa tanah haram Makkah ini seluruhnya hukumnya adalah seperti Masjid al-Haram. Yang kedua, di dalam kitab Asbah Annubuwin yang disampaikan oleh Imam As Suyuthi, keutamaan shalat di Masjid al-Haram yang dilipatgandakan bukan hanya dikhususkan untuk Masjid al-Haram, tetapi juga berlaku bagi seluruh Tanah Haram (Makkah)," tutur Kiai Ahmad, belum lama ini.
Dengan demikian, jamaah tak perlu mengejar kesempatan shalat di Masjid al-Haram. Untuk memeroleh pelipatgandaan pahala, jamaah dapat shalat di sekitar hotel tempatnya menginap di Makkah. Pilihan ini dirasakan lebih baik agar fisik jamaah haji dapat terjaga hingga puncak haji.