Ahad 04 Aug 2019 22:50 WIB

TPP dan TGC Tinjau Persiapan Armina

TGC dan TPP akan mengerahkan tenaganya memberikan pelayanan dan perlindungan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko
Sebanyak 30 orang anggota Tim Gerak Cepat (TGC) dan 24 orang Tim Promotif Preventif (TPP) menijau lokasi Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), pada Sabtu (3/8).
Foto: Dok Puskes Haji
Sebanyak 30 orang anggota Tim Gerak Cepat (TGC) dan 24 orang Tim Promotif Preventif (TPP) menijau lokasi Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), pada Sabtu (3/8).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Sebanyak 30 orang anggota Tim Gerak Cepat (TGC) dan 24 orang Tim Promotif Preventif (TPP) menijau lokasi Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), pada Sabtu (3/8). Di tiga tempat ini TGC dan TPP akan mengerahkan tenaganya memberikan pelayanan dan perlindungan kepada jamaah.

Koordinator TGC Erwinsyah, mengatakan, survei lokasi Armina ini penting dilakukan untuk memastikan kesiapan petugas mengenali medan tugasnya. Pengenalan medan ini menjadi krusial mengingat area Armina yang luas, kondisi lingkungan yang berbeda dan penyebaran maktab atau tenda tempat jemaah haji Indonesia bermukim.

"Survey armina ini untuk pengenalan lokasi tugas dan mapping titik-titik dimana bisa terjadi potensi masalah kesehatan kepada jemaah," kata Erwinsyah melalui keterangan tertulisnya yang diterima Republika, Ahad (4/8).

Erwinsyah mengatakan, setibanya di Arafah, ia langsung memberikan arahan singkat kepada 6 kelompok yang merupakan gabungan TGC dan TPP. Enam kelompok ini nantinya akan mengisi 6 pos satelit di Arafah.

"Setiap pos terdiri dari 10 orang dan akan bertanggung jawab pada 10 maktab," katanya.

Setiap maktab biasanya akan terdiri dari 7-8 kloter yang akan tinggal di dalam tenda-tenda semi permanen yang tengah disiapkan Pemerintah Arab Saudi. Usai pengarahan, masing-masing kelompok langsung meninjau ke pos-pos yang akan mereka tempati.

"Selanjutnya mereka juga melihat lokasi maktab jamaah, pos/klinik kesehatan terdekat, toilet dan tempat-tempat lainnya yang akan dibutuhkan jemaah haji Indonesia," katanya.

Pada kesempatan itu juga, para petugas juga langsung memperhatikan setiap jalur yang akan dilalui.  Masing-masing dari petugas mengukur jarak dan waktu tempuh dari lokasi penempatan mereka ke Pos Kesehatan Arafah atau Klinik Arafah milik Pemerintah Arab Saudi. Hal tersebut dilakukan, agar ketika terjadi kondisi emergency bisa mengetahui jalur termudah dan tercepat menuju fasilitas kesehatan terdekat sesuai triasenya.

"Penempatan TPP-TGC dalam satu tim bukan tanpa maksud," katanya.

Karena itu, kolaborasi keduanya dibutuhkan terutama dalam melakukan case finding (temuan kasus). Selain tentu menjalankan tugas sesuai tugas dan fungsinya. Dari pengalaman sebelumnya, masih ada saja jamaah haji yang tidak disiplin menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Menurutnya, perilaku jamaah seperti itu ditambah lagi suhu udara yang panas, tentu berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Untuk itu TPP dan TGC akan bersinergi di 6 pos satelit di Arafah memberikan edukasi dan deteksi dini.

"Serta melakukan penanganan kegawatdaruratan," kata Erwinsyah

Erwinsyah menceritakan, selesai di Arafah, kedua tim bergerak ke Mina melewati Muzdalifah. Di Mina, TGC dan TPP akan menempati lima pos. TPP akan banyak bergerak di jalur atas jamarat, sementara 70 personil TGC akan melingkupi lima pos jalur bawah dan lima pos jalur atas. 

"Kedua tim akan bertugas selama 24 jam," katanya.

Untuk TPP ada 29 personilnya akan dibagi menjadi 12 shift. Setiap 2 jam sekali akan bergantian mengelilingi jalur jamarat mulai dari pos 1 sampai 5. Lokasi pos ini berada sejak terowongan pertama sampai dengan jalur kembali jamaah ke tendanya. 

"Pada survei tersebut, TPP berjalan kaki sejauh 3 kilometer mulai dari Pos Kesehatan Mina hingga Jumrah Aqobah," katanya.

Untuk itu, para petugas petugas terutama TPP dan TGC harus memperhatikan benar titik kritis di jalur melontar jumroh ini, baik waktu maupun lokasi. Terutama saat pelontaran di hari pertama pada siang hari, antara jam 10.00-16.00 Waktu Arab Saudi. 

"Ini merupakan waktu puncak keramaian dan kepadatan jamaah yang hendak melontar baik di jalur atas dan jalur bawah," katanya.

Selain itu yang perlu mendapat perhatian, adalah lokasi yang rawan akan terjadinya jamaah tumbang yaitu di pos 4 yang lokasinya setelah jumrah aqobah. Di tempat inilah, banyak jamaah yang mengalami kelelahan dan dehidrasi karena mereka harus berjalan kaki sekitar 6-14 kilometer.

"Terutama jamaah yang tergolong lansia dan risiko tinggi pasti mudah kelelahan," katanya.

Untuk itu kata Erwinsyah dibutuhkan kondisi fisik yang prima dalam penugasan di Armina ini. Petugas kesehatan selain memperhatikan kondisi kesehatan jemaah, juga mesti menjaga kesehatan dirinya sendiri. 

Erwinsyah berpesan kepada sesama petugas agar memperkuat upaya promotif dan preventif dan jangan pernah bosan untuk mengedukasi jemaah. Ia berharap agar seluruh petugas, baik petugas kesehatan, non kesehatan dan TKHI dapat menjaga soliditas dan kerjasama tim.

"Komunikasi dan koordinasi sesama petugas jadi kunci,"  kata Erwinsyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement