Jumat 09 Aug 2019 02:14 WIB

Kemenkes Teliti Persepsi Keinginan Meninggal Saat Haji

Penelitian Kemenkes ini dilatari anggapan, jamaah haji ingin meninggal di Tanah Suci

Rep: Ali Yusuf/ Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi Jamaah Haji Wafat
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Jamaah Haji Wafat

IHRAM.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan mengadakan penelitian terkait penilaian pelayanan kesehatan haji. Selain itu, riset yang sama juga menyoroti soal persepsi jamaah haji tentang meninggal dunia di Tanah Suci.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, sejauh mana pelayanan Pusat Kesehatan Haji memahami kondisi jamaah haji. Kepala Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan Sugianto menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI).

Baca Juga

“Harapannya, penelitian dapat membantu Pusat Kesehatan Haji dalam meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji di masa yang akan datang,” kata Sugianto saat ditemui, Kamis (8/8).

Riset ini juga bertujuan mengetahui, seberapa banyak jamaah haji yang benar-benar ingin meninggal dunia di Tanah Suci. Sebab, selama ini ada anggapan di tengah masyarakat, jamaah haji lebih mengharapkan menemui ajalnya di Tanah Suci atau saat sedang beribadah haji.

Meski seorang jamaah haji tak memenuhi kemampuan secara fisik (istithaah kesehatan haji), jamaah yang bersangkutan tetap memaksakan diri berangkat ke Tanah Suci. Ini demi mencapai anggapan demikian tentang meninggal dunia di Tanah Suci.

“Padahal, ibadah haji itu merupakan ibadah yang menggunakan fisik, bukan hanya sekadar pemahaman dan spiritual yang mumpuni,” ujar Sugianto.

Hingga kini, penelitian tersebut sudah memasuki tahap pengelohan data. Ada enam orang peneliti yang terlibat. Mereka berasal dari berbagai latar belakang disiplin ilmu-ilmu yang terkait. Misalnya, dokter, antropolog kesehatan, epidemiolog kesehatan, ahli kesehatan masyarkat, dan ahli kebijakan kesehatan.

“Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu memotret semua persoalan yang di lapangan,” katanya.

Penelitian tersebut dilakukan sejak awal Juli 2019 di tiga lokasi berbeda, yakni Embarkasi Medan, Jakarta, dan Makassar. Pertimbangan memilih tiga lokasi itu sebagai objek penelitian ialah lantaran ketiganya dinilai mampu merepresentasikan keseluruhan jamaah haji yang tersebar di 13 embarkasi se-Indonesia.

Sugianto menuturkan, metode penelitian ini menggunakan, teknik campuran. Artinya, tidak hanya mengukur besaran masalah secara kuantitatif, tetapi juga mempertimbangkan alasan-alasan atau penyebab-penyebab dari objek yang diteliti.

“Melalui tanya jawab dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah haji,” ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement