IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pelaksanaan puncak haji pada 8-13 Dzulhijah 1440 Hijirah atau 9-14 Agustus 2019 diikuti tak kurang dari tiga juta orang jamaah sedunia.
Mereka akan melakukan prosesi wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijah atau 10 Agustus. Selanjutnya, mereka akan menunaikan ibadah di Muzdalifah dan Mina pada 10-13 Dzulhijah atau 11-14 Agustus mendatang.
Kepala Seksi Perlindungan Jamaah PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Makkah Maskat Ali Jasmun memberikan tips terkait puncak haji. Seperti diketahui, ada sebanyak 231 ribu orang jamah haji asal Indonesia yang akan mengikuti puncak haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Karena itu, penting bagi tiap jamaah agar tidak terpisah dari rombongannya.
Menurut Maskat, perjalanan dengan rute Arafah-Muzdalifah-Mina tak begitu berpotensi masalah. Sebab, jamaah diangkut dengan bus. Kendaraan ini pun akan menurunkan penumpang per maktab. Artinya, jamaah masih dalam kelompok masing-masing.
Namun, yang kemudian rentan adalah ketika jamaah mulai bergerak dari tenda di Mina menuju tempat melempar jumrah di Jamarat.
"Jadi masalah ketika dari Mina ke Jamarat karena kemampuan berjalan mereka ini berbeda-beda. Ketika tak ada kesepakatan, tentu ada yang duluan, dan ada yang tertinggal. Ketika yang tertinggal itulah akan berpotensi terpisah dengan rombongan," papar Maskat saat ditemui Ihram.co.id di Makkah, Jumat (9/8).
Maka dari itu, dia berharap, sebisa mungkin jamaah selalu berada dalam kelompoknya. Akan menjadi masalah jika barisan jamaah tercerai-berai.
Jamaah juga diminta untuk memanfaatkan mandub atau pemandu dari maktab. Pemandu ini biasanya memegang bendera dengan tiang yang tinggi sebagai penanda.
Kemudian, Maskat mengingatkan agar ketika berangkat melempar jumrah, mereka tidak sampai melanggar ketentuan waktu dan durasi. Penting sekali untuk menaati waktu untuk melempar jumrah sesuai aturan.
Maskat juga meminta agar jamaah tak membawa uang dalam jumlah banyak. Sebab, di Armuzna makanan dan minuman sudah tersedia untuk mereka. Jamaah tak perlu jajan.