IHRAM.CO.ID, ARAFAH -- Sebanyak 56 orang jamaah haji asal Indonesia diketahui berobat ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Arafah, Arab Saudi. Sebanyak 19 orang mesti dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi di daerah tersebut. Adapun 13 orang di antara mereka adalah jamaah yang sebelumnya melakukan ibadah sunah tarwiyah.
"Penyakit kronis yang kambuh, kondisi jamaah kelelahan sampai akhirnya harus dirujuk ke rumah sakit, itu jamaah yang melakukan tarwiyah," kata Kepala Seksi Kesehatan PPIH Arab Saudi Daker Bandara Karmijono Ponco di KKHI Arafah, Sabtu (10/8) pagi.
Karmijono selama puncak haji terus bertugas di KKHI Arafah. Menurut dia, jamaah tarwiyah pada umumnya mengalami kelelahan karena berjalan kaki dari Mina ke Arafah. Mereka harus berjalan kaki lantaran armada bus tidak mungkin masuk ke Arafah.
"Pemerintah (Indonesia) tidak bisa memfasilitasi, tapi tidak kita lepas. Tapi tak bisa juga kita kawal," tutur Karmijono.
Akibat kelelahan itu, banyak pasien yang jatuh sakit. Padahal, mereka tidak punya riwayat penyakit apa-apa atau tercatat tidak pernah mengidap penyakit kronis. Akhirnya, mereka harus dirawat ke RS Arab Saudi.
"Sayang sekali menjelang wukuf. Walaupun rumah sakit itu ada di Arafah, tapi akan enak kalau wukuf itu di Arafah," ujar Karmijono.
Tarwiyah merupakan sebutan untuk salah satu amalan sunnah dalam rangkaian ibadah haji. Sesi ini dilaksanakan pada hari kedelapan bulan Dzulhijjah atau sehari menjelang wukuf. Jamaah yang melakukannya menapak tilas perjalanan Nabi Muhammad SAW, dari Mekkah ke Mina, menempuh jarak sekira 14 kilometer. Kemudian, jamaah kembali ke Arafah untuk mengikuti wukuf.
Pemerintah Indonesia diketahui tak memfasilitasi ibadah tarwiyah ini. Bagaimanapun, jamaah sudah diimbau untuk tak melakukannya.
Sebab, pemerintah RI lebih memfokuskan ibadah yang rukun dan wajib haji, semisal seperti wukuf di Arafah. Kalau pemerintah memfasilitasi tarwiyah, waktu yang diperlukan dinilai tidak cukup. Apalagi, kondisinya saat itu menjelang puncak penyelenggaraan ibadah haji. Maka dari itu, jamaah yang ikut tarwiyah atas inisiatif sendiri sudah diberi tahu ihwal konsekwensinya.
Karjono juga mengimbau agar jamaah tetap menjaga kesehatannya. Jika ingin keluar tenda diharapkan keluar tenda memakai alat pelindung diri. "Sandal payung itu dipakai," katanya.
Selain itu, jamaah juga harus mengantisipasi kelelahan akibat mengantri di kamar mandi. Karena, mengantre di kamar mandi juga akan menguras tenaga.
Karena itu, dia mengingatkan agar jamaah banyak minum. Jamaah tidak perlu menunggu haus baru kemudian minum. "Penguapannya tinggi karena cuaca panas. Jangan menunggu haus baru minum nanti tiba-tiba dehidrasi dan bisa heat stroke," kata Karmijono.