Sabtu 10 Aug 2019 17:14 WIB

Khutbah Wukuf Arafah Singgung Soal Haji Mabrur

Dalam khutbah wukuf, jamaah haji menyimak pemaparan tentang predikat haji mabrur

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Hasanul Rizqa
Naib atau Wakil Amirul Hajj Indonesia KH Bunyamin Ruhiyat saat membacakan khutbah wukuf di Arafah, Sabtu (10/8).
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Naib atau Wakil Amirul Hajj Indonesia KH Bunyamin Ruhiyat saat membacakan khutbah wukuf di Arafah, Sabtu (10/8).

IHRAM.CO.ID, ARAFAH -- Naib atau Wakil Amirul Hajj Indonesia KH Bunyamin Ruhiyat bertindak selaku khatib dalam khutbah wukuf hari ini, Sabtu (10/8). Tampak sebagian jamaah haji Indonesia di Arafah menyimak pemaparan Kiai Bunyamin. Salah satu materi yang disampaikannya berkenaan dengan kemabruran haji.

Khutbah berlangsung dalam tenda yang dijadikan masjid di Maktab 20, markas Misi Haji Indonesia di Arafah. Sebagian jamaah di sini berasal dari Embarkasi Lombok.

Baca Juga

Khutbah dimulai sebelum pelaksanaan shalat jamak taqdim qasar zhuhur dan ashar. Dalam kesempatan ini, Kiai Bunyamin menyampaikan, seluruh jamaah haji datang ke Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai tamu Allah.

"Para jamaah haji adalah tamu Allah. Jika mereka berdoa, Allah akan mengabulkan doa mereka, dan bila mereka memohon ampunan, Allah akan mengampuni mereka," kata Kiai Bunyamin, Sabtu (10/8).

Sebagai ungkapan kegembiraan lantaran telah memenuhi panggilan Allah, jamaah haji disyariatkan untuk banyak-banyak mengucapkan talbiyah. Bacaan itu sesungguhnya adalah pengakuan atas panggilan Allah.

"Di situ juga terkandung ketulusan kita dalam memenuhi panggilan Allah dengan meneguhkan tauhid kita, seraya memuji-Nya atas segala anugerah nikmat kepada kita. Hanya dengan ketulusan dan keikhlasan, Allah akan mengabulkan segala amal ibadah kita," jelas Kiai Bunyamin.

Dia meneruskan, selama pelaksanaan ibadah haji, jamaah dianjurkan memperbanyak berzikir untuk mengingat Allah. Sebab, zikir adalah medium yang efektif untuk menjalin komunikasi dengan Allah.

"Dalam zikir, kita akan menemukan ketenangan dan kedamaian. Oleh karenanya, manfaatkan keberadaan di tempat-tempat dan waktu-waktu mustajab untuk berzikir dan berdoa kepada Allah, untuk kebaikan diri, keluarga, bangsa, dan negara," kata Kiai Bunyamin.

 

Haji Mabrur

Setiap yang berhaji pasti mendambakan predikat mabrur. Artinya, hajinya diterima oleh Allah SWT. Ini seperti dinyatakan dalam suatu hadis sahih: "Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga."

Untuk itu, Kiai Bunyamin menjelaskan cara memeroleh predikat haji mabrur. Mengutip pendapat ulama, di antaranya adalah mantapkann niat berhaji untuk semata-mata meraih ridha Allah.

Selain itu,  berhaji harus dengan biaya yang berasal dari sumber-sumber halal. Bila seseorang menunaikan rukun Islam kelima dengan dana yang tak jelas sumbernya atau bahkan haram, maka Allah akan menolak hajinya.

Selanjutnya, melaksanakan haji mesti sesuai dengan syariat Rasulullah SAW. "Untuk meluruskan dan menyempurnakan kembali ibadah haji. Oleh karenanya, dalam berhaji kita harus mencontoh cara haji Rasulullah dan para sahabatnya serta amalan al-salaf al-shâlih yang mengikuti ajarannya," jelas Bunyamin.

Selain itu, dia menyinggung soal tanda-tanda haji mabrur. Berdasarkan keterangan Rasululullah ketika ditanya tanda-tanda haji mabrur. Nabi Muhammad SAW menjawabnya dengan dua hal.

"Yaitu memberi makan orang miskin. Memberi makan fakir miskin adalah simbol kepedulian. Dan menebar salam adalah simbol kedamaian," kata Kiai Bunyamin.

Karena itu, bila ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkanlah kepedulian sosial dan tebarkanlah kedamaian di tengah masyarakat. Ini khususnya setelah seorang pelaksana ibadah haji kembali ke Tanah Air.

Kiai Bunyamin berharap, sekembali ke tanah air, para jamaah haji dapat menjadi duta perdamaian dan kepedulian, yang akan melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement