IHRAM.CO.ID, MINA— Jamaah haji Indonesia saat ini memasuki malam kedua mabit Mina. Mereka sejak Senin (11/8) dinihari telah meninggalkan Muzdalifah dan mabit di Mina.
Di Mina, jamaah akan melaksanakan bagian dari prosesi ibadah haji, yakni melontar jumrah. "Iya, itu bagian yang harus dijalani setiap jamaah haji," kata Habib Ali Husein, dai dan ulama asal Surabaya, saat ditemui Republika.co.id, di Maktab 111 Mina, jamaah haji khusus, Atria Travel, Senin (11/8) malam.
Jamaah haji, lanjutnya, akan melontar jumrah pada Selasa (12/8) yang merupakan perlawanan atas bujukan rayu iblis (setan).
"Setelah tadi (Senin sore) kita melontar jumrah aqabah, selanjutnya besok (Selasa, red) akan melanjutkan lempar jumrah ula, wustha, dan aqabah," ujarnya.
Begitu pula, kata Habib Ali, pada hari berikutnya pada 12 Zulhijjah, jamaah haji akan melakukan jumrah ula, wustha dan aqabah. "Kami mengambil nafar awal, jadi hanya mabit dua malam saja," kata Habib Ali.
Untuk nafar awal, jamaah melontar jumrah dari 10 hingga 12 Zulhijjah. Sedangkan yang mengambil nafar tsani akan melaksanakan lontar jumrah hingga 13 Zulhijjah.
Habib Ali mengatakan, pihaknya bersama jamaah haji khusus Atria bahkan juga jamaah haji reguler, tidak mengambil waktu utama (afdhal). "Kita tahu ada waktu utama, tapi kita tidak melakukannya demi keamanan dan keselamatan bersama," kata Habib Ali.
Dan hal tersebut, sesuai dengan anjuran pemerintah Indonesia agar tidak perlu mengambil waktu utama, karena alasan keamanan jamaah Indonesia.
Sebagaimana diketahui, fisik jamaah haji Indonesia tidsk sebanding dengan jamaah haji dari Turki, Iran, Irak, Afrika Selatan, Sudan, dan lainnya. "Jamaah Indonesia dianjurkan melakukan lontar jumrah setelah jamaah dari negara lain selesai," kata dia.