IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Setiap tahun, jutaan orang Islam berangkat dari tanah air masing-masing ke Tanah Suci untuk beribadah haji. Mereka umumnya bertolak dari niat ingin menunaikan rukun Islam kelima tersebut.
Menurut Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Makkah KH Ahmad Wazir, pelaksanaan ibadah haji ialah suatu bentuk kepatuhan dan ketundukan di hadapan Allah SWT. Sebab, haji merupakan perintah-Nya.
“Melaksanakan haji harus memenuhi aspek keikhlasan semata-mata karena Allah SWT,” kata Kiai Ahmad saat ditemui Ihram.co.id, Ahad (11/8).
Dia menuturkan, beribadah haji berarti memenuhi panggilan Allah SWT. Nabi Ibrahim AS sejak usai membangun Ka'bah mengimbau semua kaum beriman tauhid dari sleuruh penjuru dunia untuk hadir di Tanah Haram.
“Jadi, makna spiritualitas haji semata-mata untuk memenuhi panggilan Allah lewat Nabi Ibrahim,” kata Kiai Ahmad.
Kiai Ahmad menjelaskan, Rasulullah SAW pernah mengantisipasi bahwa di akhir zaman ada kelompok manusia yang hajinya tidak semata-mata untuk Allah (lillahita’ala). Di antaranya adalah hajinya orang elite ketika dirinya ke Tanah Suci untuk kebanggaan, orang kaya bila sekadar untuk berbelanja atau menghamburkan harta. Selanjutnya, hajinya para ahli Alquran bila ia melakukannya untuk riya atau pamer. Terakhir, hajinya orang miskin yakni bila dia ke Tanah Suci untuk meminta-minta.