IHRAM.CO.ID, MINA— Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat di Mina dalam prosesi mabit dan lontar jumrah sebanyak 16 orang. Kebanyakan yang wafat adalah jamaah usia tua yang menderita penyakit bawaan.
Hal itu dikatakan Kepala Satuan Tugas (Satgas) Mina, Akhmad Jauhari. "Berdasarkan data dari siskohat, jamaah yang wafat hingga Senin sebanyak 16 orang selama prosesi Mina," kata Jauhari kepada tim Media Center Haji (MCH), Senin (13/8) malam.
Jauhari mengatakan, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Mina juga merawat sejunlah jamaah Indonesia yang sakit. Jamaah yang mendapat perawatan di KKHI berjumlah 10 orang karena kebanyakan dievakuasi ke KKHI Makkah atau rumah sakit Arab Saudi.
"Prosesnya ketika jamaah itu sangat ngedrop langsung dievakuasi ke KKHI Makkah maupun Rumah Sakit Arab Saudi untuk stabilisasi jamaah," kata Jauhari.
Dia mengatakan, jumlah jamaah yang wafat saat ini lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu. Menurut data tim medis KKHI, pada periode Mina 2018, 25 jamaah wafat. Jamaah yang wafat kebanyakan telah berusia lanjut antara 60 hingga 90 tahun.
Menurut dokter Nafi Mahfudz penghubung kesehatan KKHI, mereka yang wafat kebanyakan menderita penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung atau infeksi saluran pernafasan. "Berbagai penyakit ini dipicu oleh dehidrasi atau heatstroke," kata Nafi.
Prosesi mabit dan lempar jumrah di Mina adalah salah satu tahapan terberat ibadah haji. Jamaah harus berjalan sekitar lima kilometer pulang pergi dari maktab ke jamarat. Untuk itu, jamaah lansia diimbau untuk dibadalkan saja.
Hal senada juga disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Menurutnya, prosesi lontar jumrah merupakan tahapan yang cukup berat dari semua rangkaian ibadah haji. "Mina memang sangat berat, karena perlu kesiapan tenaga dan fisik yang prima," ujar Menag, Selasa (13/8) dinihari di maktab 50, Mina.
Dalam kesempatan ini, Menag bersyukur karena jumlah jamaah yang wafat mengalami penurunan jumlah yang signifikan. "Alhamdulillah, ada penurunan jamaah haji yang wafat secara signifikan," kata Lukman, Selasa (13/8) dinihari.
Menag yang juga amirul Hajj 2019 mengapresiasi kinerja dari tim promotif preventif (TPP) dan Tim Gerak Cepat (TGC), serta tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH).
"Mereka bekerja sangat luar biasa mempromosikan dan mengampanyekan pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD) dan membantu jamaah haji," jelas Menag. Tentu saja, kata Menag, masih ada petugas haji lainnya yang bekerja sangat optimal melayani jamaah haji," terangnya.