Kamis 15 Aug 2019 06:33 WIB

Berkunjung ke Museum Sahabat Nabi SAW

Pihak museum sahabat Nabi SAW juga sediakan pemandu berbahasa Indonesia

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Hasanul Rizqa
Jamaah haji sedang menyaksikan tayangan tentang perjuangan awal Islam di Museum As haabee, Makkah, Rabu (14/8).
Foto: Muhammad Hafil/ Republika
Jamaah haji sedang menyaksikan tayangan tentang perjuangan awal Islam di Museum As haabee, Makkah, Rabu (14/8).

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Selama musim haji, jamaah haji Indonesia dapat mengunjungi pelbagai destinasi di Arab Saudi. Sebut saja, Museum As Haabee. Letaknya berada di sisi barat Masjid Al Haram, Makkah. Berbeda daripada hari-hari biasa, selama musim haji ini otoritas museum tersebut menggratiskan biaya masuk bagi jamaah.

Hamdani (25 tahun), mahasiswa Universitas Umm Al Qura direkrut menjadi pemandu pada musim haji tahun ini. Dia mengatakan, As Haabee merupakan museum terkait para sahabat Nabi Muhammad SAW. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan legasi sahabat-sahabat yang mengisahkan perjalanan hidup Rasulullah SAW, baik itu selama di Makkah maupun Madinah.

Baca Juga

Museum As Haabee mulai resmi dibuka sekitar satu bulan yang lalu. Pemilik museum ini juga memiliki Museum Alquran yang berada di Kota Madinah. Khusus museum ini, ada promo gratis yang ditujukan kepada jamaah asal Indonesia dan Malaysia.

Museum ini terdiri atas 10 stan atau ruangan. Di tiap ruangan, pengunjung disuguhkan hal-hal yang terkait dengan sejarah para sahabat Nabi SAW, baik dari Makkah maupun Madinah. Yang disajikan berupa video, cuplikan, gambar, foto, dan keterangan tulisan.

“Ada pemandunya. Bahkan, ada pemandu dari Indonesia seperti saya,” ujar Hamdani, Rabu (14/8).

Di dalam museum ini, banyak sekali ditampilkan tayangan-tayangan visual dalam bentuk tiga dimensi (3-D) tentang sejarah Islam. Mulai dari perkembangan awal dakwah Islam, pengembangan negara Islam di masa Madinah, era Khulaufaur Rasyidin, hingga ke zaman pembentukan empat mahzab fikih Islam.

Museum As Haabee tergolong canggih dari sisi teknologi serta cukup nyaman. Bagaimanapun, keadaan museum ini cukup berbeda daripada museum-museum di Tanah Air. Dalam arti, di sini jarang ditemukan artefak-artefak asli peninggalan masa lalu. Yang ada hanyalah berupa tulisan-tulisan dan foto.

“Ya, di sini tidak ada. Hanya ada fotonya saja. Soal artefak itu kemungkinan ada di museum nasional di Riyadh (ibu kota Arab Saudi),” kata Hamdani.

Di luar musim haji, harga tiketnya dibandrol 15 riyal (sekitar Rp 55 ribu) per orang. Jika rombongan yang lebih dari 50 orang, maka biayanya menjadi 10 riyal (setara Rp 38 ribu) per orang.

Waktu bukanya ialah setelah shalat subuh hingga pukul 11.00 siang waktu setempat. Kemudian, museum ini akan buka lagi bakda salat ashar hingga pukul 22.30 malam.

 

Tiap Negara, Satu Pemandu

Menurut Hamdani, setiap negara disediakan satu pemandu. Hanya saja, khusus untuk pengunjung asal Indonesia saat musim haji, pihak museum menyediakan dua orang pemandu. Sebab, jumlah jamaah Indonesia lebih banyak daripada jamaah dari negara-negara lain.

“Untuk musim haji tahun ini, rata-rata per hari sekitar 1.000-2.000 orang pengunjung yang datang,” kata Hamdani.

Salah satu yang mengunjungi museum ini pada Rabu (14/8) adalah rombongan Amirul Hajj Indonesia . Menurut Amirul Hajj Indonesia yang juga menteri agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, museum ini sangat bermanfaat bagi umat Muslim. Sebab, dengan mengunjungi kompleks ini mereka akan menambah wawasan terkait dengan riwayat para sahabat Nabi SAW.

“Tentu saya sangat mengapresiasi dan menghargai para pemrakarsa yang membangun museum yang sangat bermanfaat ini. Ada satu masukan dari saya sambil mempertahankan yang ada ke depan bisa dikembangkan bagaimana kisah Rasul dan para sahabat itu lebih di kedepankan sisi-sisi kemanusiannya,” papar Lukman.

Dalam suatu riwayat, Rasulullah lebih banyak menebarkan kasih sayang dibandingkan dengan peperangan. “Riwayat sejarah perang bagaimana  menyikapi atau menyantuni sesama umat manusia menurut saya itu juga hal yang tidak kalah pentingnya jadi demikian umat Islam lebih mengenal Rasulnya dan meneladani para sahabat-sahabatnya,” kata Lukman.

Menurut dia, pemerintah sendiri saat ini sedang membangun Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok. Di mana, salah satu rencananya adlaah mendalami sejarah Rasulullah dan para sahabatnya. 

“ Jadi kita ingin menggali sisi-sisi positif, aspek-aspek kemanusiaan yang menonjol dari Rasul harus terus mampu memotivasi umat Islam tidak hanya saat ini tapi juga masa depan,” kata Lukman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement