IHRAM.CO.ID, Oleh: Muhammad Hafil, dari Makkah, Arab Saudi
MAKKAH – Kota Thaif tak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Karenanya, di sini banyak tempat destinasi wisata ziarah yang bisa dikunjungi oleh jamaah haji maupun umrah.
Salah satunya adalah makam dan Masjid Abdullah bin Abbas. Pada Rabu (28/8), Republika.co.id, berkesempatan mengunjungi masjid yang di belakangnya terdapat makam sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadist ini.
Banyak jamaah yang mengunjungi tempat ini. Termasuk juga jamaah haji Indonesia.
Suhu udara di sini termasuk sejuk karena ada di dataran tinggi. Hal tersebut menambah kenyamanan jamaah setelah meninggalkan Kota Makkah yang cukup panas. Kota Thaif sendiri berjarak sekitar 90 kilometer dari Makkah.
Bentuk masjid ini cukup unik. Karena, berbentuk kotak yang panjangnya sekitar delapan meter. Kemudian, lebarnya tujuh meter dan tingginya tiga meter. Adapun halamannya, memiliki panjang tujuh meter.
Di dalamnya, terdiri dari dua sisi dengan dinding dan pintu yang diikat. Ada juga atau podium kecil dan dikelilingi oleh pagar. Ada puluhan karpet di dalam masjid dan tulisan-tulisan dalam berbagai bahasa.
Dikutip dari Saudigazette, masjid ini didirikan pada 592 hijriah. Masjid ini telah mengalami perkembangan dalam periode yang berbeda. Awalnya, masjid ini dibangun kembali dan diperluas selama era Kerajaan Arab Saudi oleh Raja Saud. Kemudian, pada masa Raja Faisal bin Abdul Aziz, masjid diperluas menjadi 15.000 meter persegi.
Sekarang, masjid ini bisa menampung sekitar 3.000 jamaah. Dan, di masjid ini banyak dilakukan agenda keislaman seperti shalat, pertemuan, shalat ied, seminar, dan ceramah.
Sementara, untuk makamnya, ada di belakang masjid. Makam Abdullah bin Abbas sendiri tertutup oleh tembok setinggi 4-5 meter. Sehingga, makam ini tidak bisa dilihat oleh pengunjung.
Namun, banyak pengunjung yang berupaya memanjat ke tembok ini. Tujuannya adalah agar mereka bisa menyaksikan langsung makam ini. Salah satu caranya adalah dengan saling menginjak bahu temannya agar bisa melihat ke dalam makam.
Makam ini terlihat hanya ditandai oleh batu bata. Tidak ada bangunan permanen berupa tembok atau kijing sebagai penanda makam sahabat yang masih kerabat Nabi Muhammad tersebut.
Siapa Abdullah bin Abbas?
Dikutip dari Harian Republika, di antara sahabat-sahabat Rasulullah SAW, terdapat beberapa sahabat kecil yang ketika bersyahadat mereka berusia sangat muda. Atau, ketika mereka dilahirkan, orang tuanya telah menjadi Muslim lebih dulu. Salah satunya adalah Abdullah bin Abbas, atau lebih dikenal dengan Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Boleh dikata, ia hidup bersama Rasulullah SAW dan belajar langsung dari beliau. Ia adalah sepupu Rasulullah. Rasulullah pernah merengkuhnya ke dada beliau seraya berdoa, "Ya Allah, ajarilah ia al-hikmah." Dalam suatu riwayat disebutkan, "(Ajarilah ia) al-Kitab (Alquran)."Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsung bagaimana cara Rasulullah shalat. Untuk itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya, ummahatul mu'minin, Maimunah binti al-Harist.
Tengah malam, ia melihat Rasulullah bangun dan pergi berwudhu. Dengan sigap Ibnu Abbas membawakan air untuk berwudhu, sambil diam-diam mengamati cara Rasulullah bersuci. Rasul SAW melihatnya, sambil mengusap kepalanya dan berdoa, ''Ya Allah, anugerahilah pemahaman agama kepadanya.''
Kemudian Rasulullah berdiri untuk sholat lail yang dimakmumi oleh isteri beliau, Maimunah. Ibnu Abbas tak tinggal diam, dia segera berdiri di belakang Rasulullah SAW; tetapi RasuluLlah kemudian menariknya agar ia berdiri sedikit berjajar dengannya.
Ibnu Abbas berdiri sejajar dengan Rasulullah, tetapi kemudian ia mundur lagi ke shaf belakang. Seusai sholat, Rasulullah mempertanyakan sikap Ibnu Abbas ini, dan dijawab oleh Ibnu Abbas bahwa rasanya tak pantas dirinya berdiri sejajar dengan seorang utusan Allah SWT. Rasulullah ternyata tidak memarahinya, bahkan beliau mengulangi doanya ketika berwudhu.
Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, Rasulullah wafat. Ia sangat merasa kehilangan. Tapi hal ini tidak menjadikan kesedihannya berlarut-larut. Ia memantapkan hati untuk nyantri para para sahabat Rasul SAW. Dengan sabar, ia menunggu para sahabat pulang dari kerja keseharian atau dakwahnya. Bahkan kalau sahabat tadi kebetulan sedang berisitirahat, Ibnu Abbas dengan sabar menanti di depan pintu rumahnya, bahkan hingga tertidur.
Dan, sesuai doa Rasulullah, Ibnu Abbas mendapatkan banyak ilmu. Ketekunannya belajar membuatnya menjadi seorang ulama yang mumpuni. Ia dijuluki sebagai 'tinta'-nya umat, dalam menyebarkan tafsir dan fikih. Ibn Umar pernah berkata kepada salah seorang yang bertanya mengenai suatu ayat kepadanya, "Berangkatlah menuju Ibnu Abbas lalu tanyakanlah kepadanya sebab ia adalah sisa sahabat yang masih hidup yang paling mengetahui wahyu yang diturunkan kepada Nabi SAW."
Umar bin Khattab selalu mengundang Ibnu Abbas dalam majelis syura-nya dengan beberapa sahabat senior. Ia selalu berkata kepada Ibnu Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat. Beberapa sahabat Umar mempertanyakan kenapa mengajak "anak muda" dalam diskusi mereka. Umar menjawabnya dengan mengundang para sahabat, termasuk Ibnu Abbas.
Umar berkata, "Apa pendapat kalian mengenai firman Allah, 'Bila telah datang pertolongan Allah dan Penaklukan.' (surat An-Nahsr hingga selesai). Maka, sebagian mereka berkata, "Kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampun kepada-Nya bila kita menang (dapat menaklukkan Mekkah)." Sebagian lagi hanya terdiam saja. Lalu, Umar pun berkata kepada Ibnu Abbas, "Apakah kamu juga mengatakan demikian?" Ia menjawab, "Tidak."
Lalu Umar bertanya, "Kalau begitu, apa yang akan kamu katakan?" Ia menjawab, "Itu berkenaan dengan ajal Rasulullah SAW di mana Allah memberitahukan kepadanya bila telah datang pertolongan-Nya dan penaklukan kota Mekkah, maka itulah tanda ajalmu (Rasulullah-red), karena itu sucikanlah Dia dengan memuji Rabbmu dan minta ampunlah kepada-Nya karena Dia Maha Menerima Tobat." Umar pun berkata, "Yang aku ketahui memang seperti yang engkau ketahui itu." Secara tidak langsung Umar hendak menjawab, kendati muda, keilmuan Ibnu Abbas sangat mumpuni.
Dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA, ia bergabung dengan pasukan Muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara, di bawah pimpinan Abdullah bin Abi-Sarh. Ia terlibat dalam pertempuran dan dalam dakwah Islam di sana. Ia juga menjadi amirul hajj pada tahun 35 Hijrah. Di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA, Ibnu Abbas mengajukan permohonan untuk berdakwah kepada kaum Khawarij. Melalui dialog dan diskusinya yang intens, sekitar 12 ribu dari 16 ribu Khawarij bertobat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar.
Ia sempat diangkat menjadi penguasa di Bashrah oleh khalifah Ali. Namun tatkala Ali meninggal karena terbunuh, ia pulang ke Hijaz, bermukim di Makkah, sebelum akhirnya menuju Thaif dan wafat di sana. Ibnu Abbas meninggal pada tahun 68 H dalam usia 71 tahun. Di hari pemakamannya, sahabat Abu Hurairah RA, berkata, "Hari ini telah wafat ulama umat. Semoga Allah SWT berkenan memberikan pengganti Abdullah bin Abbas."