IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) menyambut baik dekrit Raja Salman tentang penghapusan visa progresif. Sebelum dikeluarkannya dekrit Saudi menarik 2000 SAR atau Rp 8 juta kepada jamaah yang sudah umrah lebih dari satu kali.
"Kita semua menyambut baik dengan dicabutnya visa progresif," kata Ketua Umum Himpuh H Baluki Ahmad saat dihubungi Republika, Selasa (10/9).
Baluki menyampaikan, ketentuan penghapusan visa progresif sudah lama diperjuangan Himpuh bersama asosiasi lain yang tergabung dalam Permusyawaran Antar Travel Umrah dan Haji Indonesia (Patuhi).
"Karena ini (visa progresif dihapuskan) memang yang diharapkan kita sudah cukup lama," katanya.
Baluki memastikan, setelah Patuhi berhasil melakukan pendekatan terhadap pemerintah Saudi, kebijakan rekam biometrik berhasil dihapuskan.
Setelah rekam biometrik dihapuskan, Patuhi kembali melakukan pendekatan kepada Pemerintah Saudi agar ketentuan visa progresif dihapuskan. Karena hal tersebut dinilai memberatkan kepada umat Islam yang ingin berangkat umrah berkali-kali.
Baluki mengaku bersyukur, pada akhirnya, melalui pendekatan dan komunikasi yang baik dengan pemerintah Saudi, permintaan Patuhi agar visa progresif dihapuskan dikabulkan melalui dekrit Raja Salman.
"Setelah dihapuskannya sistem rekam biometrik terus kita melangkah berjuang agar visa progresif dihapuskan dan baru dikeluar kemarin," katanya.
Menurutnya, dihapuskannya kebijakan rekam biometrik dan visa progresif merupakan perjuangan Himpuh yang merupakan bagian dari Patuhi. Petuhi merupakan gabungan dari asosiasi Himpuh, Amphuri, Kesturi, dan Asphurindo.
Biaya pengurusan visa Saudi sebenarnya 500 SR
Pada kesempatan terpisah, Baluki mengatakan besaran biaya pengurusan visa progresif di Arab Saudi sebelum dikeluarkannya dekrit ini memang 2000 SAR atau Rp 8 juta kepada jamaah yang sudah umrah lebih dari satu kali. Dan bila kali ini hanya kemudian menjadi 300 riyal itu terkesan sangat murah. Padahal ini hanya biaya pokoknya saja.
"Namun sebenarnya bukanlah sebesar 300 riyal biayanya. Biaya pengurusan visa Saudi secara total kini sebenarnya mencapai 500 SR. Biaya 300 SR itu adalah subjek visanya saja. Jadi kalau dengan biaya yang lain, maka untuk mendapatkan visa ke Saudi kini prosesnya akan mencapai SR 500 karena ada komponen lain yang dipersyaratkan sehingga untuk menjadi terbitnya visa. Dan berbeda dengan dahulu yang hanya dikenakan kepada jamaah tertentu (visa progesif), besaran biaya kali ini dikenakan kepada semua jamaah tanpa terkecuali,'' kata Baluki.
Alhasil, kata Baluki, karena dikenakan kepada semua jamaah umrah tanpa terkecuali, maka lagi-lagi pemerintah Arab Saudi mendapatkan dana yang luar biasa besar. Bila dahulu hanya kepada jamaah tertentu yang dalam jangka waktu tertentu melakukan umrah, maka kini berlaku terhadap semua jamaah tanpa terkecuali baik mereka yang baru pertama kali melakukan umrah maupun yang sudah berkali-kali.
''Di sini saya puji kepintaran pihak Saudi mencari uang. Dulu visa progesif itu dikenakan kepada pihak tertentu dengan biaya yang mahal, kini terkesan diturunkan tapi dikenakan harga baru pengurusan visa ke Saudi yang lebih mahal kepada semua jamaah tanpa kecuali. Di sini Saudi jelas akan mendapatkan dana dari pengurusan visa itu dengan sangat besar, dari pada hanya menggantungkan pendapatan dari visa progresif kepada orang tertenu saja. Cerdik pokoknya pemerintah Arab Saudi,'' tegasnya.
Baluki kemudian memaparkan biaya apa saja yang sekarang harus dibayar ketika mengurus visa jamaah umrah. Biaya ini adalah biaya yang terbaru yakni ketika ketentuan visa progresif dihilangkan.
Untuk biaya visa kategori pertama itu mencapai 180 dolar AS per orang. Dan rinciannya sebagai berikut: Biaya visa 500 Riyal Saudi Arabia (SAR), biaya BRN (Booking reservation number) untuk Bus (angkutan) 30 SAR, biaya BRN Hotel 140 SAR. Hotel di Makkah dan Madinah ketika mengurus pakai visa ini bebas.
Untuk biaya visa kategori kedua itu mencapai 158 dolar AS per orang. Rincian biayanya sebagai berikut: Biaya visa 500 SAR, BRN bus 30 SAR, BRN Hotel 60 SAR. Dalam hal ini pemesanan hotel di Makkah ditentukan oleh pihak Muasasah.
Untuk biaya visa kategori ketiga adalah sebesar 164 dolar AS per orang. Rinciannya adalah: Untuk biaya visa 500 SAR, biaya BRN untuk bus 30 SAR, BRN Hotel 80 SAR. Dalam hal ini hotel di Madinah harus beli dari Muasasah, sedangkan untuk pesan hotel di Makkah bebas.
'Jadi ini harga yang sudah berlaku pada hari ini oleh teman-teman pengusaha travel haji-umrah. Ini membuktikan ternyata tak semata 300 Riyal, tapi masih ada tambahan biaya dan ketentuan yang lain. Sekali lagi cerdik pemerintah Saudi cari uang,'' tandas Baluki menegaskan.
Mengapa dikatakan cerdik mencari uang? Baluku menjawab, pada masa dahulu visa untuk haji umrah ke Saudi gratis, sekarang jelas-jelas ada biayanya yang sampai 300 riyal (SAR), dan ini belum termasuk dengan biaya lain-lain hingga menjadi sekitar 500 riyal, misalnya biaya pajak BRN dan lainnya.
"Maka bayangkan betapa besar dana yang di dapat Saudi dari visa saja bila jamaah dari umrah per tahun mencapai 1 juta orang. Pendapatan ini belum termasuk belanja lainnya selama mereka tinggal di Arab Saudi. Jadi ironisnya Saudi kini menyamakan haji umrah sama dengan visa wisata. Maka kini Saudi seolah mengkomersilkan Ka'bah dan tanah suci. Ke depan kami yang tergabung dalam Patuhi ingin pisahkan visa dengan urusan lain. Kalau tidak lebih baik nanti urusan tanah suci diurus secara internasional saja. Sebab, tanah suci itu milik semua kaum Muslim,'' ujarnya.