IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Komisaris PT Taqwa Mulia Wisata Rafik Jauhari berharap maskapai Garuda Indonesia lebih rasional dalam menetapkan harga tiket penerbangan umrah. Dia mengatakan sebelum kebijakan monopoli tiket diberlakukan, maskapai Garuda Indonesia menguasai lebih dari 30 persen penerbangan umrah.

Pasar umrah yang dapat dikuasai ketika itu melalui penerbangan dari Solo, Surabaya, Kualanamu dan daerah lainnya dengan penerbangan reguler. "Tahun ini hanya tersisa rute penerbangan dari Jakarta saja," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (10/12)

Sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), Rafik berharap, kedepan Garuda bisa kembali mampu meraih pasaran umrah secara lebih luas dan menguasai pasar jamaah umrah dari Indonesia. "Semoga mengembalikan pola penjualan tiket umrah ke kantor cabang," katanya.

Rafik menceritakan, kemarin, kantor cabang Yogyakarta sudah memiliki rencana menginisiasi pembukaan rute penerbangan umrah dari YIA (bandara baru Yogyakarta di Kulon Progo). Pakai pesawat carter. Akan tapi, respons pasar belum mendukung karena dua persoalan.

"Pertama karena harganya nggak bisa bersaing dengan maskapai lain. Kedua, karena penerbangan carter (bukan reguler) jadi masih berisiko tinggi," katanya.

Menurutnya, dengan kebijakan mantan direktur utama Garuda Ari Askhara dimana pemasaran tiket harus melalui travel whole saler merugikan Taqwa Tours hingga Rp 1 juta per penumpang. Meski demikian, Taqwa Tours tetap menggunakan maskapai Garuda sebagai bentuk cinta produk Indonesia.

Rafik berharap, Garuda Indonesia setelah tidak dijabat Ari segera mengevaluasi kebijakannya yang hanya membatasi empat agen travel yang bisa menjual tiket pesawat Garuda untuk penerbangan umrah. Garuda menunjuk empat agen travel sebagai penjual tiket pasar umrah di daerah.

Ikuti Whatsapp Channel Republika