Selasa 04 Feb 2020 19:19 WIB

Program Manasik Haji Sepanjang Tahun, Begini Polanya

Program manasik haji sepanjang tahun untuk meningkatkan kegiatan manasik jamaah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
Program Manasik Haji Sepanjang Tahun, Begini Polanya. Foto: Manasik haji.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Lucky R
Program Manasik Haji Sepanjang Tahun, Begini Polanya. Foto: Manasik haji. (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mencanangkan pelaksanaan ibadah haji 2020 sebagai tahun peningkatan kualitas ibadah haji. Termasuk, peningkatan dalam kegiatan manasik bagi jamaah.

Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Khoirizi H Dasir mengatakan, peningkatan kualitas ibadah haji itu dilakukan di antaranya, dengan meningkatkan manasik haji sepanjang tahun, meningkatkan peran pembimbing haji melalui sertifikasi, dan melakukan pembekalan kepada ketua rombongan haji.

Baca Juga

Untuk mendukung penguatan ibadah jamaah itu, ia mengatakan manasik haji sepanjang tahun dilakukan sejak awal tahun sampai jamaah hendak berangkat ke tanah suci. Selama ini, manasik haji dilakukan sebanyak 10 kali, yakni  delapan kali di KUA dan dua kali di tingkat kabupaten/kota. Namun, implementasi bimbingan manasik haji sepanjang tahun dilakukan dengan memaksimalkan peran dari KUA kecamatan.

Menurut Khoirizi, pola manasik haji sepanjang tahun ini dilakukan secara sinergi antara kepala seksi penyelenggara haji dan umrah, kantor urusan agama (KUA) dan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Adapun waktu pelaksanaannya, ia mengatakan itu bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan kesepakatan dengan jamaah.

"Apakah mau dilaksanakan di Kemenag atau di kelompok bimbingan atau di tengah masyarakat, yang penting jamaah lebih memahami ibadahnya secara mapan. Sehingga, harapan akan jamaah mandiri bisa tercapai. Jamaah mandiri itu harus diawali dengan mengikuti pembinaan manasik baik melalui KBIH, Kemenag, atau KUA," kata Khoirizi, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (4/2).

Selama ini, manasik dilaksanakan oleh KUA setelah anggaran turun. Selain itu, KBIH biasanya hanya melaksanakan manasik pada kelompoknya saja. Namun dengan adanya program manasik sepanjang tahun ini, baik KUA, Kasi haji, dan KBIH bisa sudah mulai mengawali pelaksanaan manasik haji kepada jamaah tanpa menunggu anggaran turun.

Ketika nanti anggaran turun, kegiatan manasik haji tinggal lebih ditingkatkan. Kendati menurutnya sudah ada beberapa yang melakukan manasik kepada jamaah, namun itu dilakukan tidak secara tersistem dan terprogram.

Sebelumnya, hanya KUA yang berperan sebagai operator dalam pelaksanaan manasik haji. Sementara itu, ia menjelaskan, penanggung jawab di tingkat provinsi dipegang kepala bidang dan ia memberikan kewenangan kepada Kasi haji di kabupaten/kota. Ke depan, diharapkan Kasi haji memberikan tanggung jawabnya kepada KUA sebagai koordinator di kecamatan masing-masing. Sehingga, ke depan KUA berperan sebagai koordinator dan tidak lagi operator.

"KUA tidak lagi sebagai operator, tetapi koordinator. Sehingga ia bisa mengatur KBIH yang ada di kecamatan dan para pembimbing yang tersertifikasi di lingkungannya," ujarnya.

Selain pola sinergi antara Kasi haji, KUA, dan KBIH, program manasik haji sepanjang tahun dilakukan berbasis regu dan rombongan. Khoirizi mengatakan, dengan pola ini jamaah nantinya sudah memahami tata cara ibadah haji dan mengenal ketua regu dan rombongan serta kloternya bagaimana. Sehingga, menjelang berangkat ke tanah suci jamaah sudah terkoordinasi dengan baik.

Ketua rombongan atau pun ketua regu akan ditekankan soal penguasaan manasik. Dengan demikian, baik ketua regu (Karu) dan ketua rombongan (Karom) bisa menjadi agen pembimbing bagi anggotanya. Ketua rombongan mengkoordinir jamaah dalam 4 regu. Sedangkan ketua regu adalah jamaah yang diberi tambahan tugas mengkoordinir 11 orang jamaah. Dalam satu kloter terdapat 10 Karom dan 40 Karu.

"Dengan adanya sistem ini, jamaah tidak lagi tidak mengetahui siapa ketua kloter dan rombongannya dan bagaimana kloternya. Harapannya pada saat masuk asrama haji, semua jamaah sudah sinergi. Dan ini harus dilakukan dengan pola manasik sepanjang tahun," tambahnya.

Khoirizi menyebut bahwa kondisi jamaah Indonesia heterogen. Masing-masing jamaah memiliki kelemahannya sendiri. Ia mengatakan, jamaah memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik itu dari pengetahuan atau pendidikan mereka, usia, dan ada yang sudah serta belum berpengalaman ibadah ke tanah suci. Karena itu, Khoirizi mengatakan pihaknya menerapkan strategi pembimbing agar bisa memetakan calon jamaah dalam pelaksanaan manasik itu.

Dengan program manasik sepanjang tahun, dilakukan peng'cluster'an dalam pembinaan jamaah yang ada di wilayah masing-masing. Misalnya, calon jamaah yang bisa mengaji akan dipisahkan dengan yang belum bisa. Dengan demikian, nantinya jamaah yang bisa mengaji diharapkan akan mengajarkan atau membantu jamaah lain yang belum bisa mengaji. Jamaah yang tidak bisa membaca atau mengaji akan dibimbing agar bisa melakukan Tawaf, Sa'i, dan bentuk ibadah haji lainnya.

"Selama ini pembinaan dilakukan secara asal. Dengan dibuat cluster dalam pembinaan, jamaah bisa dievaluasi pemahamannya akan ibadah haji. Sudah dipetakan sejak sekarang, sehingga diketahui kelemahan jamaah di mana," jelasnya.

Sebelumnya, Yogyakarta telah meluncurkan program manasik sepanjang tahun ini pada Desember 2019 lalu. DIY disebut sebagai pionir program manasik sepanjang tahun ini. Kakanwil Kemenag DIY, Edhi Gunawan, pada 26 Desember 2019 lalu mengatakan, bahwa program ini akan dilakukan setiap Jumat dimulai pukul 13.30 hingga 16.30 WIB. Sehingga, program ini di DIY dinamakan Jumat Manasik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement