IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Hati Zubayda tersentuh. Ia melihat jamaah ditimpa kesulitan mendapatkan air bersih untuk diminum dalam perjalanan mereka ke Makkah. Satu dinar harus dikeluarkan para jamaah haji demi sebotol air minum itu. Ia merasa ada satu hal yang harus segera ia lakukan untuk membantu para jamaah.
Pengalaman berharga ini Zubayda rasakan dalam sebuah perjalanan haji bersama suaminya, Khalifah Harun al-Rasyid. Pada beberapa kesempatan, ia sering mendampingi suaminya menempuh perjalanan ke luar negeri, termasuk menunaikan ibadah haji ke Makkah dan Madinah.
Sejarawan Ibnu al-Jawzi menuliskan dalam catatannya. Setelah peristiwa yang menyentuh itu, Zubayda meminta sejumlah insinyur menggelar studi. Mereka diminta merancang cara bagaimana agar jamaah mudah mendapatkan air bersih tanpa mengeluarkan banyak uang saat mereka meniti perjalanan menuju Makkah.
Tak lama, mereka kembali dengan membawa laporan kepada Zubayda. Laporan itu menguraikan sangat sulit mewujudkan permintaan istri sang khalifah itu. Sebab, perlu penggalian saluran di bawah cadas. Selain itu, untuk mengalirkan air, harus membangun saluran sepanjang lereng dengan jarak lebih dari sepuluh mil atau 16,090 km.
Laporan penting lainnya, proyek tersebut akan menelan dana yang sangat besar. Namun, Zubayda tak melangkah surut. Sebaliknya, ia meminta agar proyek segera saja dimulai. Maka, para insinyur itu memulai penggalian hingga berhasil mengalirkan air bersih untuk minum para jamaah sepanjang rute Baghdad ke Makkah.
Namanya pun dinisbahkan pada saluran air itu yang kemudian banyak orang menyebutnya sebagai Sungai Zubayda. Langkahnya tak henti sampai di situ. Ia pun membangun banyak bengkel kerja, khan atau penginapan-penginapan untuk para jamaah, dan masjid sepanjang jalur itu.
Sejarawan Ibnu al-Jawzi kembali menyingkapkan hal luar biasa dalam tulisannya. Ia mengatakan, berdasarkan catatan para akuntan Zubayda, sebanyak 54 juta dinar, dikeluarkan untuk mendanai proyek itu. Para sejarawan lain juga melontarkan kekaguman atas apa yang dilakukan Zubayda.