Jumat 28 Feb 2020 10:06 WIB

Potensi Ekonomi Saudi yang Hilang Setelah Penutupan Umroh

Setengah juta orang dipekerjakan di industri pariwisata di Arab Saudi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Potensi ekonomi Saudi yang hilang setelah penutupan umroh. Foto: Masjid Nabawi, Madinah, tampak makin indah dengan sinar lampu yang menyala pada Ahad (8/9) malam. Jamaah haji Indonesia yang melaksanakan shalat arbain di Masjid Nabawi makin berkurang karena mayoritas sudah kembali ke Tanah Air.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Potensi ekonomi Saudi yang hilang setelah penutupan umroh. Foto: Masjid Nabawi, Madinah, tampak makin indah dengan sinar lampu yang menyala pada Ahad (8/9) malam. Jamaah haji Indonesia yang melaksanakan shalat arbain di Masjid Nabawi makin berkurang karena mayoritas sudah kembali ke Tanah Air.

IHRAM.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi telah melarang masuknya peziarah atau jamaah umroh asing ke negara itu saat dunia berusaha menahan penyebaran global virus corona.

Keputusan tersebut dibuat Pemerintah Saudi ketika virus corona menunjukkan penyebarannya di Eropa dan Timur Tengah, khususnya wilayah Italia dan Iran.

Pemerintah hingga saat ini belum mengeluarkan informasi tentang berapa lama larangan itu akan berlangsung. Namun pandemi global ini dapat memengaruhi jamaah umroh selama Ramadhan yang akan berlangsung beberapa bulan lagi, dan jamaah haji yang menyusul segera setelahnya.

Adapun larangan ini berlaku untuk kota Makkah yang paling suci di Islam dan juga kota paling suci lainnya di Madinah.

Meski sebagian besar kekayaan Arab Saudi berasal dari simpanan bahan bakar fosilnya, jamaah umroh yang dilakukan oleh umat Muslim dunia juga merupakan kontributor signifikan bagi ekonomi negara tersebut.

Pemerintah bergantung pada pendapatan minyak untuk 87 persen dari anggarannya. Industri terkait minyak menyumbang 42 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Untuk Haji dan Umrah, tiap tahunnya menambah $ 12 miliar dolar AS atau setara 171 triliun rupiah ke PDB Arab Saudi. Ini berarti menyumbang 20 persen dari PDB non-minyak negara dan tujuh persen dari total PDB.

Dilansir di trtworld, pada tahun Hijriyah 1439, antara tahun 2017-2018, lebih dari 6,7 juta Muslim mengunjungi negara itu untuk melakukan ibadah umroh.

Pemerintah Saudi memiliki rencana ambisius untuk meningkatkan pendapatan dari perjalanan ibadah umrah dan haji menjadi $ 150 miliar atau setara 2.144 triliun rupiah pada tahun 2022.

Pemerintah Saudi berharap peziarah yang kaya bersedia membayar ribuan dolar per malam untuk tinggal di kamar hotel yang baru dibangun. Hotel ini disebut mencakup pemandangan Ka'bah.

Sekitar 43 persen dari jamaah umroh mengunjungi Arab Saudi di bulan-bulan penting Islam seperti Rajab, Shaban dan Ramadhan. Ini menjadikan tiga bulan tersebut sebagai waktu yang paling populer untuk menunaikan haji kecil di luar wajib haji.

Adapun keputusan Saudi untuk menunda masuknya para peziarah asing bertepatan dengan tanggal Islam, 3 Rajab.

Selain manfaat moneter langsung yang dibawa para peziarah, lebih dari setengah juta orang yang dipekerjakan di industri pariwisata di Arab Saudi sangat berorientasi pada agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement