REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) Dr dr Muhammad Ilyas menuturkan, calon jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci pada musim haji tahun ini harus dipastikan kesehatannya. Langkah ini bertujuan agar mereka punya daya tahan yang kuat terhadap kemungkinan risiko terinfeksi virus corona.
"Jamaah haji maupun umrah itu harus betul-betul mempersiapkan dirinya dari sisi fisiknya, dari sisi kesehatannya, menjaga kondisi fisiknya agar mereka bisa lebih tahan terhadap kemungkinan risiko terinfeksi," tutur dia di Jakarta, Rabu (4/3).
Kemudian, pada saat berada di Arab Saudi, pola hidup sehat harus tetap dijalankan. Alat pelindung diri pun harus digunakan di mana pun berada, terutama ketika berada di lingkungan padat manusia, misalnya tempat jamarat dan tawaf.
"Dan menghindari orang-orang yang mempunyai gejala-gejala infeksi pernapasan, misalnya ada orang batuk di sekitar kita, sedapat mungkin kita menghindar. Ada juga namanya etika batuk, yaitu menutup mulut. Saat bersin, ditutup dengan tisu dan sejenisnya. Kalau tidak, dengan lengannya. Jangan membagi dengan orang lain," ujar Ilyas.
Menurut Ilyas, pemerintah, baik Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Agama, telah memiliki persiapan yang baik dari tahun ke tahun. Persiapan ini dia nilai sudah sangat maksimal, mulai dari pengecekan dan pemeriksaan kesehatan sampai pembinaan itu dilakukan.
"(Indonesia) satu-satunya negara yang dilengkapi tim kesehatan haji yang begitu besar untuk mendampingi calon-calon jamaah kita. Bahkan, jamaah haji Indonesia cukup dimanjakan dibanding negara-negara lain, yang tenaga kesehatannya hanya puluhan. Kalau kita sampai ratusan, baik dari Kemenkes dan Kemenag," ucapnya.