REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nafar dapat difahami secara bahasa sebagai rombongan. Firman Arifandi dalam bukunya "Perihal Penting Haji yang Sering Ditanyakan" mengatakan, secara konteks istilahnya, dimaksudkan dengan nafar awal adalah rombongan keberangkatan yang akan meninggalkan mina lebih awal yakni sebelum senja 12 Dzulhijjah berakhir.
"Sementara nafar tsani adalah mereka yang masih ingin stay sehari lagi di Mina hingga 13 Dzulhijjah dan kembali melakukan jumrah," tulisnya.
Firman menuturkan, dasar hukum atau ketentuan dibolehkan pulang lebih awal untuk nafar awal itu sudah sesuai firman Allah salam surah Al Baqarah ayat 203:
وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن تَعَجَّلَ فِى يَوْمَيْنِ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ لِمَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
"Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.
Ada sejumlah kesimpulan para ulama terkait nafar awal dan tsani ini, yakni:
a) Nafar Awal tidak boleh stay di Mina lewat dari sore akhir 12 Dzulhijjah, karena kalau sampai maghrib masih di mana berarti masuk tanggal 13 dan harus lanjut stay kembali melanjutkan nafar tsani.
b) Melakukan Nafar awal jika memang ada keperluan yang mendesak atau memang sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan hingga tanggal 13.
c) Baik yang melakukan Nafar awal atau tsani, keduanya tidak ada hubungannya dengan keshalihan dan kemabruran haji.