Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Periode Soviet sejarah Negara Rusia moderen yang dimulai awal tahun 1900-an memang tidak mengenakan bahkan berdarah bagi Muslim di sana. Bersamaan dengan jatuhnya Tsar kemudian muncul revolusi rakyat yang dipimpin Vladimir Lenin. Maka muncullah Uni Soviet yang bersistem Republik dengan ideologi komunis.
Sedihnya kala itu, semua yang berbau agama disingkirkan. Kaum agama dan umat Islam Rusia ditindas. Masjid-masjid mereka transformasikan menjadi tempat ternak, para orang alim dikirim ke taah pembuangan di Siberia yang beriklim ganas. Banyak yang tidak ketahuan lagi nasibnya. Kemudian muncul larangan berdoa, membaca Al-Quran, dan melakukan ibadah haji.
Namun kini, suana tragis itu beberapa dekade telah berlalu. Uni Sovyet ternyata pada 26 Desember 1991 bubar. Lalu munculah negara Rusia sebagai salah satu diantara negara pecahan Uni Soviet.
Dan berbeda sikap dengan dahulu, sikap terhadap agama di negara Rusia berubah secara radikal. Kini malah ada ledakan pembangunan masjid, madrasah, universitas Islam. Shalat pun dapat dilakukan di koridor universitas, di stasiun bus, di pompa bensin. Melaksanakan ajaran agama yang di masa Soviet dilakukan dengan sembunyi-sembunyi di tempat terpencil, kini dilakukan secara terbuka.
Haji ke Makah: Kembalinya Rasa Hormat Muslim Rusia ..." data-deferred="1" data-iml="774" data-atf="true" />
- Keterangan Foto: Jamaah Haji Rusia di Mekkah
Khusus untuk pelaksanaan rukun Islam kelima -- berupa ziarah ke tanah suci Mekkah dan Madinah berupa haji -- sekarang menjadi hal yang bisa dilakukan. Ini berbeda di masa Soviet, pergi haji hampir-hampir tidak mungkin. Mengapa hampir tidak mungkin? Ini karena kala itu masih saja ada bebera orang nekad melaksanakannya karena punya iman tinggi serta punya ketrampilan menembus batas ideologis negara.
****
Bila ditelisik dari sisi sejarah, dekrit atau aturan pertema tentang haji di Rusia terjadi pada Kaisar Alexander Yang Pertama pada 23 Maret 1803. Adanya aturan ini membuat para warga yang tinggal di Bukhara bisa mendapat paspor untuk pergi haji ke Mekkah.
Tak hanya itu, sejak tahun 70-an pada abad XIX, masalah haji umat Islam asal Rusia telah pula aktif dibahas di lembaga-lembaga luar negeri Rusia seperti Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Rusia di Konstantinopel. Bahkan, konsulat haji Rusia kemudian di buka di Jeddah pada tahun 1891.
Selain itu, kepala administrasi daerah-daerah di mana kaum Muslim tinggal dengan kompak juga dilibatkan untuk membahas soal haji ini, seperti Novorossiysk, Turkestan, gubernur jenderal Bessarabian, dan gubernur Kaukasia.
Mengapa Muslim diwilayah itu diberi keleluasaan. Alasannya, kemudahan aturan berhaji ini terutama sebagai akibat adanya Perang Kaukasia pada tahun 1818-1864. Waktu itu sebagian besar besar Turkestan, wilayah dengan populasi Muslim, punya perbedaan yang sangat tajam dengan pemerintah pusat di Rusia. Perbedaan sikap dengan pemerintah pusat ini juga terjadi dengan daerah-daerah internal Rusia lainnya di mana mempunya warga Muslim yang banyak, seperti di wilayah Volga.
Akibat perbedaan sikap soal pemihakan terhadap perang di Kaukasia itu. pemerintah pusat Rusia saat itu berusaha mengawasi soal pergi haji ke Makkah. Bahkan adanya pengawasan ini kemudian tiba pada masa puncaknya. Waktu itu kemudian pihak berwenang pemerintah pusat Rusia meminta pejabat setempat untuk melaporkan situasi yang berkaitan dengan ziarah umat Islam dan membuat berbagai keputusan berdasarkan informasi soal siapa dan dengan tujuan apa para peziarah haji tersebut pergi ke Makkah. Mereka curiga ada maksud politik.
Sebenarnya pula kala itu pihak berwenang Rusia mengeluarkan paspor untuk warga Muslim dengan sebuah sikap keengganan yang ekstrem. Mereka misalnya beranggapan bahwa 'Haji hanya membawa manfaat materi yang sangat besar kepada Turki'. Dan ini berarti menyumbangkan dana untuk kebutuhan militernya. Selain itu pejabat berwenang di Rusia juga percaya bahwa jamaah haji setelah pulang dari ibadah haji hanya membawa berbagai penyakit epidemi, terutama kolera dan wabah lainnya.
Dari data statistik kala memang menunjukan pihak yang memimpin pemerintahan Rusia juga merasa khawatir bila para haji itu jumlahnya tak terkendali sehingga sulit diawasi. Dan sebagai jalan keluarnya, kemudian pemerintah Rusia pada tahun 1898 menyatakan memang mengalah dengan memberi izin kepada sekitar 1.793 warga Rusia bisa mengunjungi Mekkah. Mereka mengharuskan agar semua jamaah haji harus berizin dan diawasi pemerintah pusat. Namun secara kenyataannya di laparangan, ternyata banyak peziarah Rusia yang kala itu pergi ke Mekkah, kepergiannya tanpa dilengkapi paspor.
Situasi antusias perg haji ke Makkah dari Rusia, meski di bawah bayang-bayang pengawasan, terus berlangsung hingga ke masa pergantian abad XIX-XX . Saat itu pergi haji ke Makkah malahsudah dilakukan oleh sekitar 5.000 hingga 10.000 Muslim Rusia.
Sayangnya kesemarakan pergi haji ini musnah ketika datang dan bergantinya rezim seiring datangnya revolusi sekaligus kudeta terhadap Kaisar Rusia yang dipimpin tokoh revolusioner komunis, Vladimir Ilyich Ulyanov, pada Oktober 1917. Uniknya, nama ini kemudian lebih dikenal dengan julukan Lenin. Padahal nama Lenin sendiri sebenarnya adalah nama samaran yang diambil dari nama Sungai Lena di Siberia.
- Keterangan Foto: Upacara pelepasan jamaah haji Rusia ketika hendak berangkat ke tanah suci.
Semenjak itu, hingga kemudian sampai di masa Uni Soviet eksis, yakni sekitar 70 tahun, hampir-hampir tak ada lagi jamaah haji asal Rusia. Selama waktu itu memang masih ada yang pergi haji ke Mekkah, Itu pun hanya dilakukan orang yang nekad karena punya iman Islam yang kuat. Dan ini jumalhnya hanya satu dua saja, dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan mencuri-curi kesempatan.
Namun di masa kini, suasana tertekan tak terasa lagi. Bahkan, para jamaah haji asal Rusia sempat penulis temui secara langsung sesuai pelaksanaan ibadah haji di Mekkah beberapa tahun silam. Kala itu mereka tengah beristirahat di Terminal Khudai. Mereka mengaku datang berombongan dengan naik mobil jenis Van dengan mereka Gazele. Setiap rombongan terdiri dari tiga mobil yang di dalam satu mobil terdiri dari tiga orang ibu, anak, dan bapak. Mereka berbagi tugas: ayah dan anak bergantian menjadi sopir dan mekanik, sementara sang ibu bertugas memasak.
''Kami menempuh perjalanan dengan naik mobil selama dua pekan. Melewati sekitar tujuh negara. Kalau diperkirakan perjalanan kami untuk sekali jalan menempuh jarak sekitar 15.000 Km. Jadi kami menempuh rute seperti yang dilakukan oleh para leluhur kami sekitar 1.000 tahun silam. Bedanya dahulu mereka ke Mekkah dengan berjalan kaki atau memakai alat transportasi sederhana, kini kami memakai alat tranportasi moderen dengan mobil. Sebagian ada yang naik pesawat udara,'' kata seoarang jamaah haji asal Rusia.