Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
Berbeda dengan zaman sekarang pergi haji ke Makkah pada era Ottoman dair luar wilayah Arabia adalah perjuangan. Sekarang misalnya dari negara yang ada di sekitar Arab, misalnya Mesir atau Turki untuk sampai ke Makkah hanya sekutar 3 jam karena naik pesawat terbang.
Kenyataan adanya kemdudahan waktu perjalanan yag singkat, berbeda halnya dengan melakukan ziarah pada periode Ottoman, yang bisa memakan perjalanan hingga tiga bulan.
Sepanjang sejarah, bagi orang-orang Muslim yang pergi berziarah haji melalui darat ke Makkah kala itu ada tujuh rute yang berbeda Tujuh jalan ini adalah jalan yang menuju Makkah dari Damaskus, Mesir, Aden, Amman, Lahsa, Basra, dan Baghdad. Dan oada Ottman, prioritas jalur perjalanan diberikan pada dua jalan dari tujuh jalan, yakni rute perjalanan dari Damaskus dan Kairo.
Rute dari Damaskus
Bagi orang-orang Muslim yang ingin berziarah dari Anatolia dan Rumeli, mereka harus berkumpul di Damaskus. Bagi para peziarah yang ingin menggunakan jalan Damaskus ini mereka menggunakan jalan Anatolia yang disebut sebagai yang merupakan rite dibagian kanan ke Makkah. Saat itu rute 'jalan ziarah' menempuh perjalanan melalui Uskudar - Gebze - Eskisehir - Konya - Adana - Halep untuk sampai ke Damaskus.
Jalan Mesir
Musafir haji Mesir termasuk kontingen terbesar . Mereka adalah orang-orang yang berasal dari Afrika Utara dan Tengah. Para peziarah lan yang datang dari Istanbul melalui perjalanan laut juga berkumpul di sini. Kala itu Ottoman menyediakan layanan fasilitas dan perawatan kepada jamaah haji yang datang. Para petugas haji dari Ottoman siap melayani di sepanjang jalan ini. Bahkan tentara dikerahkan untuk mengamankan para bandit dan memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi rombongan haji yang berasal dari Mesir.
Tempat pertama yang akan dilewati rombongan Mesir adalah Birketul-Haji. Sebagian besar peziarah dari Mesir berkumpul di sana. Lalu melewati jalur Vadi-i Numan, Sathul-Akabe, Eyle, El-Vech, Yenbu, dan Rabig yang kemudian menuju ke jalan yang utama yang nantinya berakhir di Makkah.
Meskipun konvoi Damaskus dan Mesir selalu berubah dari waktu ke waktu, mereka nantinya akan bergabung bersama dan melanjutkan perjalanan mereka ke tempat-tempat seperti Medayin-i Salih, El-Ula, Madinah, dan Rabig.
Jalan lainnya
Selain jalan Damaskus dan Kairo, rute ke Makkah melalui Yaman, Baghdad, Basra juga populer. Jalan dari Yaman malah merupakan salah satu jalan ziarah yang dihormati, meski ini tidak memiliki banyak informasi yang tercatat dalam sumber Utsmaniyah. Rute Ziarah dari Yaman ini adalah melalui kota Asir, Umman, pantai Afrika di Laut Merah, Hadramut. Para peziarah dari eulayah timur Afrika Tengah juga menggunakan jalur peziarah dari Yaman.
Memang ada jalan lain ke Makkah atau tanah Hijaz yang kala itu melalui Baghdad dan Basra. Jalur ini sebenarnya merupakan jalur meunju wilauah Hijaz yang berada di timur Arabia menuju ke barat. Namun rute ini tidak sering digunakan karena perselisihan politik di dinasti Safevi.
Bagi para peziarah haji yang datang dari Iran umumnya menggunakan jalur jalan dari Baghdad ke Basra untuk sampai ke wilayah tanah Hijaz. Namun Ottoman membuat ketentian bagi peziarah dari Iran yang hendak melalui wilayahnya mebuju Makkah wajig untuk menggunakan rute yang ditetapkan secara resmi, yakni memakai rute ke Makkah dari Damaskus, Kairo atau Yaman. Jalan ini kadang dibuka, namun terutama pada saat perang jalur tertutup dan tidak terpakai.