REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa adalah Multazam. Multazam adalah dinding Ka'bah yang terletak antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah.
Pada musim haji, tempat ini menjadi incaran jamaah. Karenanya tak mengherankan jika Multazam senantiasa dipadati jamaah.
Jamaah haji tak sedikit yang berdoa sembari tangannya menyentuh dinding Multazam. Bahkan ada jamaah yang mengusap-usap dinding Multazam. Askar yang bertugas, berdiri di pojok dinding dekat Hajar Aswad, segera melarang jamaah mengusap-usap Multazam karena mengkhawatirkan jamaah jatuh ke perbuatan syirik.
Namun tak sedikit pula mereka yang berdoa dari jauh, tak bisa menyentuh dinding Multazam, karena jamaah terlalu padat. Cara ini pun tak mengurangi makna doa yang kita lakukan.
Memang, usai melaksanakan thawaf, kita antara lain dianjurkan berdoa atau bermunajat di Multazam. Ritual lainnya yang disunnahkan untuk dikerjakan seusai melakukan thawaf, yaitu shalat dan berdoa di Maqam Ibrahim, shalat sunnah di Hijir Ismail, dan minum air zamzam.
Berdoa di Multazam insya Allah akan dikabulkan Allah. Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Al-Baihaki dari Ibnu Abbas, mengatakan, "Antara Rukun Aswad dengan pintu Ka'bah disebut Multazam. Tidak ada orang yang minta sesuatu di Multazam, melainkan Allah mengabulkan permintaan itu". Yang disebut dengan Rukun Aswad adalah pojok Ka'bah yang terdapat Hajar Aswad.
Berdoa di Multazam ternyata juga dilakukan oleh Nabi Adam AS. Sejarah menyebutkan, ketika selesai melakukan thawaf, Nabi Adam langsung mengerjakan shalat dua rakaat di depan pintu Ka'bah dan terus berdiri di depan Multazam seraya berdoa, "Ya Allah, segala apa yang aku rahasiakan dan segala apa yang aku lakukan terbuka, terimalah pengaduanku. Engkau Maha Mengetahui apa yang yang ada di dalam jiwaku dan segala apa yang ada padaku. Ampunilah dosa-dosaku.
Engkau Maha Mengetahui segala apa yang aku perlukan, berikanlah kepadaku apa yang aku minta. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu iman yang memenuhi hati dan keyakinan yang mantap benar sehingga menyadarkan aku kecuali apa yang telah Kau pastikan untukku, dan menyadarkan aku sehingga aku rela atas apa yang Kau tetapkan untukku."
Setelah berdoa demikian, Allah lalu menurunkan wahyu kepada Nabi Adam yang artinya: "Ya Allah yang memelihara al-Bait al-Attiq (Ka'bah) merdekakanlah kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari belenggu api nereka, wahai Yang Mahamurah, Yang Mahamulia, Yang Mahautama, Yang Maha Pengarunia, Yang Maha Pemberi Kebaikan. Ya Allah, jadikanlah segala urusan kami mendatangkan kebajikan, jauh dari segala kehinaan dunia dan siksa akhirat. Ya Allah, aku ini hamba-Mu dan anak hamba-Mu yang sedang berdiri di bawah rumah-Mu di Multazam, aku menghadap dan bersimpuh di hadapan-Mu. Aku mengharapkan rahmat-Mu, takut akan siksa-Mu, wahai Pemberi Kebajikan.
Ya Allah aku memohon kepada-Mu, terimalah zikirku, hilangkanlah dosa-dosaku, lancarkanlah urusanku, sucikanlah hatiku, sinarilah kuburku, ampunilah dosaku, dan aku mohon kepada-Mu berikanlah derajat tinggi di surga." (HR Imam Hambali).
Demikianlah, bermunajat di Multazam tak hanya diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw. Tapi juga oleh nabi-nabi yang lain, seperti Nabi Adam dan Nabi Ibrahim.