REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Patuna Mekar Jaya atau dikenal Patuna Travel Syam Refiadi mengatakan pandemi Covid-19 sangat berdampak buruk bagi dunia usaha. Apalagi bagi dirinya yang bergerak di bidang perjalanan.
"Kami paling parah, merah dan berdarah-darah," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (14/4).
Syam menyebutkan, kantor travelnya telah tutup sejak 24 Maret lalu seiring penutupan sementara perjalanan umroh di Arab Saudi. Namun, Syam mencoba tetap mempertahankan karyawannya agar tidak ada yang dirumahkan alias di-PHK.
"Sementara perumahan karyawan tidak ada istilah PHK, karena kita insya Allah berharap ada kondisi normal dalam waktu dekat dan bahkan bisa berhaji tahun ini," kata Syam.
Syam juga menerangkan, sampai April ini, seluruh karyawan Patuna Travel masih diberikan upah penuh. Namun, bila pandemi masih berlanjut, dengan terpaksa ia melakukan pemotongan upah kepada karyawannya.
Syam menjelaskan, jika pandemi berlanjut hingga Mei-Juni, maka upah karyawan akan dipotong 10 persen. Jika pandemi masih juga berlanjut hingga Juli-Agustus, maka gaji karyawan akan dipotong 25 persen. Jika pandemi masih berlanjut hingga September -Desember maka upah karyawan akan dipotong 50 persen.
"Dibayar penuh sampai April ini, lalu Mei dan Juni potong 10 persen, Juli-Agustus potong 25 persen dan bila September sampai dengan Desember potong 50 persen, masuk Januari 2021 tidak ada pembayaran karena sudah bangkrut alias kolaps," kata Syam.
Syam menambahkan yang harus dibayarkan perusahaan bukan saja mengenai upah kepada karyawannya, tapi juga ada biaya umum lain. "Ingat, (yang) dibayar bukan gaji saja ada biaya umum lain seperti listrik, internet, telepon, pajak, BPJS, dan lain-lain," ucapnya.