Senin 20 Apr 2020 21:22 WIB

Lakukan ini Jika Tersesat di Masjidil Haram

Masjidil Haram Makkah memang banyak pintu yang serupa satu sama lain.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan / Red: Agus Yulianto
Suasana di wilayah sebelah timur pintu keluar Masjidil Haram tak jauh dari Bukit Marwah. Sebagian jamaah meyakini di lokasi itu dulu berdiri kediaman Siti Khadijah Radiallahuanha.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Suasana di wilayah sebelah timur pintu keluar Masjidil Haram tak jauh dari Bukit Marwah. Sebagian jamaah meyakini di lokasi itu dulu berdiri kediaman Siti Khadijah Radiallahuanha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pintu di Masjidil Haram, Makkah, memang banyak yang serupa satu sama lain. Namun demikian, nyatanya memiliki posisi yang berbeda. Tak ayal, banyak jamaah, termasuk rombongan jamaah asal Indonesia yang kerap kali ditemukan tersesat di Masjidil Haram.

Masjid yang awalnya dibangun oleh Umar bin Khatab pada 638 M itu, memang mengalami perbaikan dan perluasan seiring waktu. Dengan luas 328 ribu M2, masjid tersebut mampu menampung ratusan ribu jamaah yang berkunjung. 

Bahkan, masjid yang mengelilingi Kabah itu memiliki pintu sekitar 49. Dengan rincian 45 pintu biasa dan empat pintu utama yang buka 24 jam sehari. Alhasil, kebingungan dan terpisahnya satu jamaah dengan jamaah lain, dengan kondisi luas dan ramainya masjid, kerap kali terjadi.

Namun demikian, jika ternyata ada jamaah yang tersesat, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah tidak panik.

Mengutip buku,'Dahsyatnya Ibadah Haji' karya Abdul Cholik, jika kejadian tersesat terjadi pada diri Anda, jangan segan-segan untuk bertanya pada jamaah lainnya. Hal tersebut, agar tak tersesat lebih jauh dari rombongan.

Disebutkan juga bahwa jika tersesat di kerumunan ramai jamaah, maka diamlah sejenak. Istighfar dan berdoa untuk memperoleh ketenangan hati, juga disarankan agar suasana hati dan kejernihan berpikir bisa diperoleh kembali.

“Tak usah bingung dan meraung. Jika ada jamaah Indonesia yang ditemui, segera hampiri dan minta bantuan agar diantarkan ke maktab,” tulisnya.

Dalam buku tersebut dijelaskan juga, tak perlu memilih siapapun jamaahnya. Selama bisa berbahasa atau utamanya merupakan sesama status kewarganegaraan, segera manfaatkan untuk meminta bantuan.

“Tak usah memilih jamaah satu kloter atau satu daerah,” lanjutnya.

Jangan putus asa, jika jamaah tersebut tak bisa membantu mengantarkan. Setidaknya, jamaah terkait bisa mengabarkan pada ketua regu atau ketua rombongan untuk menghubungi rekanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement