REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepala Organisasi Haji dan Pilgrimage (HPO) Iran, Alireza Rashidian menyatakan proses pendaftaran dan pemilihan karavan haji telah dilakukan di Iran. Proses tersebut tetap berjalan meski Arab Saudi belum mengumumkan keputusan penyelenggaraan haji tahun ini. Hampir 90 persen dari kuota haji Iran telah habis didaftar oleh warganya.
"Sebanyak 88 persen dari kapasitas kuota haji Iran sudah selesai. Dan kelas manasik mereka digelar secara online karena pandemi," kata Rashidian sebagaimana dilansir dari Radio Farda, Ahad (24/5).
Rashidian berharap haji tetap diselenggarakan di bawah protokol kesehatan yang dilakukan Arab Saudi. Namun, dia tidak merinci langkah apa yang harus dilaksanakan saat haji berlangsung untuk mencegah penyebaran virus corona di Arab Saudi dan negara-negara lain.
Jumlah pendaftar haji tahun ini dilaporkan lebih rendah ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan, banyak orang Iran telah memutuskan untuk tidak melaksanakan ibadah haji agar terhindar virus Covid-19. Apalagi sebagian besar jamaah haji Iran berusia lanjut, dan lebih berisiko terinfeksi Covid-19.
Biaya pendaftaran untuk ziarah haji tahun ini di Iran telah diumumkan dari 320 juta riyal (sekitar 2.000 dolar AS) hingga 410 juta riyal (sekitar 2.500 dolar AS). Selama musim haji, ada sekitar 2,5 juta Muslim dari seluruh dunia, termasuk sekitar 87 ribu orang dari Iran, yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi setiap tahun.
Menteri Haji dan Umrah Saudi, Mohammed Saleh bin Taher Benten, sebelumnya telah meminta umat Muslim di seluruh dunia untuk tidak merencanakan keberangkatan haji hingga pandemi wabah virus Covid-19 dapat diatasi. Pada 22 Mei lalu, jumlah warga di Saudi yang dinyatakan positif virus Covid-19 melebihi 67 ribu.
Belum jelas apakah haji tahun ini akan berlangsung. Iran juga memiliki setidaknya 130 ribu kasus infeksi Covid-19 dan jumlah kasus sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.