Jumat 29 May 2020 08:03 WIB

Masjid Istiqlal, Sejarah Simbol Kebanggaan Muslim Nusantara

Pembangunan Masjid Istiqlal sempat mengalami hambatan karena situasi politik.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Istiqlal, Sejarah Simbol Kebanggaan Muslim Nusantara. Foto udara renovasi Masjid Istiqlal di Jakarta.
Foto:

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah lima peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut diurutkan mulai dari pemenang pertama Fredrerich Silaban dengan  desain berjudul KETUHANAN, pemenang kedua R. Utoyo dengan desain ISTIGFAR, pemenang ketiga Hans Gronewegen dengan desain SALAM, pemenang keempat tim yang terdiri dari lima orang mahasiswa ITB dengan desain ILHAM, dan terakhir pemenang kelima adalah tim terdiri dari tiga orang mahasiswa ITB dengan desain KHATULISTIWA dan NV. Associatie dengan sandi LIMA ARAB.

Pada 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan Fredrerich Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang senilai Rp 25 ribu.

Penentuan lokasi Istiqlal dilakukan dengan pembicaraan secara matang oleh sejumlah tokoh bangsa. Wakil presiden RI ke-1, Mohammad Hatta berpendapat lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Namun, Soekarno mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang saat ini merupakan area Timur Laut Lapangan Medan Merdeka yang di tengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Saat itu, di bawah taman ini terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan pemerintah dan pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka.

Hal inilah yang menurutnya sesuai dengan simbol kekuasaan keraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid selalu berdekatan dengan keraton. Pendapat Hatta mengenai lokasi masjid dinilai akan lebih hemat karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan sebelumnya. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Istiqlal di Taman Wilhelmina.

photo
Ilustrasi tempat wudhu di Masjid Istiqlal - (Republika/Thoudy Badai)

Pemancangan tiang, yang menandakan pembangunan masjid Istiqlal mulai dilakukan oleh Soekarno pada 24 Agustus 1961. Tanggal ini saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan ribuan umat Muslim datang menghadirinya.

Namun, setelah itu pelaksanaan pembangunan tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada 1950 sampai dengan 1965, pembangunan masjid Istiqlal tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini dilaporkan mengalami kendala karena situasi politik yang kurang kondusif.

Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti total.

Hingga pada 1966, saat situasi politik Indonesia mulai kondusif, KH. M. Dahlan selaku menteri agama saat itu mempelopori pembangunan kembali. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Pembangunan Masjid Istiqlal selesai sepenuhnya dalam kurun waktu 17 tahun setelahnya. Namun, peresmian penggunaan rumah ibadah bagi umat Muslim ini diresmikan oleh presiden RI ke-2, Soeharto pada 22 Februari 1978 yang ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.

Baca juga: Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Jakarta (3-Habis)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement