REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika
Mengapa non Muslim tak bisa masuk ke tanah haram di Makkah dan Madinah? Pertanyaan di atas sering ditanyakan berbagai pihak bila anda berkunjung ke Eropa. Pertanyaan ini lazim ditanyakan seseorang yang tidak menganut agama Islam.
Bila ditanya, bisakah non-Muslim melakukan haji? Makanya jawabnya anda selalu Muslim tentu saja saja: Tidak! Meskipun anda juga tahu orang Kristen dan Yahudi percaya pada Tuhannya nabi Ibrahim. Yang pasti, mereka memang tidak diizinkan untuk melakukan haji. Dan pemerintah Arab Saudi melarang semua non-Muslim memasuki kota suci Mekkah sama sekali.
Seperti ditulis Jennifer Williams dalam vox.com, dinyatakan bila pemerintah Saudi menganggap ini sangat serius, sehingga kemungkinan bahwa seorang non-Muslim akan dapat menyelinap tanpa disadari di antara kerumunan peziarah tanpa diketahui atau berpura-pura menjadi Muslim dan dengan cara itu sangat kecil. Itu tidak sepenuhnya mustahil - telah terjadi beberapa kali selama berabad-abad - tetapi mengingat jutaan orang yang menghadiri setiap tahun, tingkat keberhasilannya sangat kecil. Saudi sudah melakukan ini sejak lama, dan Saudi sangat sadar adanya aturan ini.
Keterangan foto: Batas tanah haram di Tan'im
Akses masuk ke negara Saudi memang sangat dikontrol secara hukum, dan dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan visa haji sangatlah rinci. Peziarah harus memesan perjalanan haji mereka melalui agen perjalanan haji yang disetujui pemerintah Saudi. Agar seorang Muslim Barat yang menganut Islam diizinkan pergi haji, ia harus memberikan dokumentasi dari seorang imam (pemimpin agama Muslim). Imam harus bersaksi secara tertulis bahwa dia mengetahui orang yang dimaksud dan bahwa orang tersebut adalah orang yang benar-benar telah memeluk agama Islam.
Mencoba diam-diam masuk dengan visa turis biasa dan kemudian dengan diam-diam pergi ke Makkah akan susah dilakukan. Mendapatkan visa turis sebagai orang Barat terkenal sangat sulit, dan kemungkinan Anda hanya bisa menyelinap pergi ibu kota Riyadh ke Makkah - yang jaraknya lebih dari 500 mil jauhnya dengan menempuh padang pasir yang luas - pada dasarnya tindakan konyol dan menggelikan.
Satu-satunya cara bagi seorang non-Muslim untuk masuk Makkah dan ikut berhaji pada dasarnya adalah bermain dengan para penipu lama, pura-pura berpindah ke Islam yang tampaknya cukup tulus untuk meyakinkan imam setempat bahwa Anda benar-benar nyata telah menjadi Muslim.
Cara menipu dengan pura-pura mengaku sebagai Muslim itu pun telah terjadi sebelumnya, yakni pada tahun 2015, WND menerbitkan seri tiga bagian yang ditulis secara samaran oleh seseorang yang mengaku sebagai pria non-Muslim Inggris berkulit putih yang berhasil memalsu sebagai pemeluk agama Islam dan pura-pura menunaikan haji. Di Indonesia juga ada kisah soal masuknya ke Makkah seorang penasihat Pemerintah Belanda pada tahun 1880-an. Dia adaah Snouck Hurgronje. Bahkan tinggal di Makkah untuk menyelidik asal usul sikap perlawanan Muslim di Nusantara dalam melawan kolonial Belanda.
Namun. berpura-pura menjadi Muslim dengan pergi Makkah dan ikut ritual haji itu memang tidak mustahil. Tapi Anda harus benar-benar, benar-benar ingin pergi ke semua masalah itu dan risiko berpotensi dideportasi dan dilarang dari negara (belum lagi menyebabkan insiden internasional) hanya untuk masuk ke sebuah kota untuk melihat beberapa situs yang bahkan tidak memiliki makna agama bagi Anda.