REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah telah memutuskan tahun ini tak ada pemberangkatan ibadah haji ke Arab Saudi. Keputusan itu diambil karena pandemi Covid-19 belum juga teratasi hingga hari ini.
Salah seorang calon jamaah haji (calhaj) dari Kota Tasikmalaya, Leni Yurlaeni mengaku menerima keputusan itu dengan ikhlas. Sebab, menurut dia, tak mungkin tetap memaksakan menunaikan ibadah haji di tengan pandemi Covid-19 yang belum bisa teratasi.
"Saya sebagai calon jamaah menerima. Artinya, saat ini memang belum ada panggilan dari Allah," kata perempuan berusia 54 tahun itu, Rabu (3/6).
Calhaj asal Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya itu mengaku sudah mendaftar ibadah haji sejak 2012. Ia semula mendapat jatah berangkat pada 2020 bersama suaminya yang berusia 59 tahun dan dua orang saudaranya.
Segala hal sudah dipersiapkan, mulai dari perlengkapan hingga paspor. Hanya kurang koper untuk membawa barang-barang perlengkapan itu. Namun, dengan pembatalan ini, keberangkatannya harus ditunda pada 2021. Otomatis, segala persiapannya pun menjadi sia-sia.
Belum lagi, ada beberapa orang tetangga yang menanyakan mengenai kepastian ibadah hajinya disebut menjadi beban psikologis tersendiri. Namun, karena sudah menjadi keputusan pemerintah, warga hanya bisa mengikuti.
Meski ada sedikit kekecewaan, Leni lebih memilih pasrah dan menerima. Sebab, menurut dia, sikap pemerintah membatalkan pemberangkatan haji tahun ini pasti telah mempertimbangkan banyak hal, termasuk keamanan dan keselamatan calon jamaah.
"Saya lega dan menerima. Walaupun pasti ada yang kecewa, tapi saya pribadi menerima," kata dia.
Alasan kelegaannya, sebab selama ini banyak calon jamaah yang menunggu kepastian keberangkatan haji. Namun, dengan adanya pengumuman resmi, calon jamaah tidak harus menanti-nantikannya lagi.
"Saya sebelumnya menunggu. Dengan adanya kepastian, kami sadar menerima," kata dia.
Leni mengatakan, meski batal berangkat haji, pemerintah telah memberi jaminan para calhaj tahun ini akan diberangkatkan pada tahun depan. Selain itu, calhaj yang sudah melunasi biaya juga bisa mengambil kembali biaya pelunasan. Namun, ia memilih tidak mengambil. Karena biaya sudah aman dan ia telah berniat menunaikan ibadah haji.
"Mudah-mudahan siap saya tahun depan. Aaplagi calon haji yang sudah lunas tahun ini diprioritaskan berangkat tahun depan," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Tasikmalaya, Wahyu mengatakan, keputusan pembatalan pemberangkatan jamaah haji tahun ini bersifat final. Sebab, hingga saat ini belum ada keputusan dari pemerintah Arab Saudi terkait penyelenggaraan haji tahun ini.
Kendati demikian, meskipun nantinya pemerintah Arab Saudi membuka diri, pemerintah Indonesia tak mungkin melakukan persiapan. Sebab, kloter pertama harus sudah diberangkatkan pada 26 Juni. Ia menilai, waktu untuk melakukan persiapan sangat sempit sehingga tak memungkinkan.
"Pembatalan ini bukan hanya untuk jamaah reguler, tapi juga yang atas undangan maupun yang lainnya. Artinya sama sekali tidak ada yang berangkat," kata dia.
Wahyu menjelaskan, ada berbagai pertimbangan pemerintah melakukan pembatalan. Pertimbangan utamanya adalah masalah keselamatan dan keamanan jamaah di tengah pandemi Covid-19. Sebab, Covid-19 bukan hanya menyebar di Indonesia, melainkan seluruh dunia, termasuk Arab Saudi.
"Kita berpatokan dengan ajaran Islam, di mana memelihara jiwa itu lebih penting," kata dia.