REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muncul dan hadirnya Dajjal dikaitkan dengan tandanya akhir zaman. Namun demikian, Dajjal sejatinya adalah pendusta yang tak akan bisa memasuki wilayah Makkah dan Madinah.
Dalam kitab Syarah Shahih Al-Bukhari karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dijelaskan, terdapat hadis yang menyatakan mengenai keistimewaan Madinah. Selain sebagai kota Nabi, Madinah juga memiliki keistimewaan lantaran tidak bisa dimasuki Dajjal. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «على أَنْقَابِ المدينةِ ملائكةٌ لا يدخلُها الطَّاعونُ، ولا الدَّجَّالُ
"An Abi Hurairata, qala Rasulullah SAW: ala anqabil-madinati malaikatun la yadkhuluha at-tha’uuna wa la ad-dajjalu.”.
Yang artinya: “Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah SAW: jalan-jalan menuju Madinah dijaga oleh para malaikat, sehingga kota itu tidak bisa dimasuki wabah thaun atau pun para Dajjal.”
Jika kesucian Madinah menyebabkan Dajjal tidak bisa memasukinya, maka Kota Makkah jauh lebih utama untuk itu.
Qiyas tersebut digunakan Syekh Muhammad bin Shalih dengan menggunakan nash yang disampaikan Rasulullah SAW bahwa Dajjal tidak bisa memasuki wilayah Makkah dan Madinah.
Sebagaimana diketahui, Dajjal akan muncul di penghujung masa menjelang turunnya Nabi Isa AS ke bumi. Dajjal muncul dari kawasan di antara Syam dengan Irak yang diikuti 70 ribu orang-orang Yahudi dari Ashfahan.