Kamis 25 Jun 2020 15:44 WIB

Masjid Agung Semarang Pastikan Gelar Sholat Idul Adha

Dalam pelaksanaannya tetap menyesuaikan dengan ketentuan protokol kesehatan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gubernur Jawa Tengah, ganjar Pranowo (batik) memantau kesiapan penerapan Normal Baru di masjid Agung Semarang (Masjid Kauman), Rabu (27/5).
Foto: dok istimewa
Gubernur Jawa Tengah, ganjar Pranowo (batik) memantau kesiapan penerapan Normal Baru di masjid Agung Semarang (Masjid Kauman), Rabu (27/5).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG — Pengurus Takmir Masjid Agung Semarang bakal menggelar sholat Idul Adha maupun pemotongan hewan kurban, pada Idul Adha 1441 Hijriyah, pada hari Jumat 31 Juli 2020 mendatang.

Baik pelaksanaan sholat Idul Adha maupun pemotongan hewan kurban tersebut, nantinya bakal tetap menyesuaikan dengan protokol kesehatan dan protokol pencegahan pandemi Covid-19 sesuai dengan instruksi Pemerintah.

Terkait dengan kepastian tersebut disampaikan oleh Sekretaris Takmir Masjid Agung Semarang (masjid Kauman), Muhaimin, saat dikonfirmasi Republika.co.id, di Semarang, Kamis (25/6).

Ia mengatakan --saat ini—Masjid Agung Semarang tetap mempersiapkan untuk pelaksanaan sholat Idul Adha. Karena Masjid Agung Semarang dipastikan tetap bakal menggelar sholat Idul Adha 1441 Hijriyah nanti.

Termasuk juga dengan pemotongan hewan kurban. Namun dalam pelaksanaannya tetap menyesuaikan dengan ketentuan protokol kesehatan dan pencegahan sesuai dengan instruksi Pemerintah, melalui Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19.

Seperti pemotongan hewan kurban yang bakal dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Agustus 2020. “Walaupun pelaksanaan sholat Idul digelar hari Jumat, tetapi kita menyelenggarakannya pada hari Sabtu,” jelasnya.

Menurutnya, ada beberapa pertimbangan mengapa pelaksanaan pemotongan hewan kurban dilaksanakan sehari setelah sholat Idul Adha. Selain pengerjaannya bisa lebih cermat pertimbangan utamanya adalah protokol Covid-19.

“Biasanya, pergerakan orang pada ‘hari H’ Idul Adha masih banyak, sementara kita harus menjaga jarak, menghindari kerumunan dan sebagainya,” jelas Muhaimin.

Sedangkan untuk hewan kurban, lanjutnya, masih tetap sama, pengurus masjid Agung Semarang tetap menerima hewan kurban dari masyarakat yang ingin menyalurkan hewan kurban untuk dipotong.

Namun yang berbeda adalah teknis pembagian daging kurban. Pengurus masjid ini meniadakan pembagian kepada fakir miskin umum, namun tetap tidak mengurangi kemaslahatan kurban tersebut.

Adapun teknis pembagian daging kurban nanti antara lain di lingkungan mudhohi atau orang yang berkurban. Nanti setiap orang yang berkurban di Masjid Agung Semarang akan diberi daging kurban untuk dbagikan kepada mereka yang berhak di lingkungannya masing- masing.

“Tujuannya supaya mereka bisa membagikan kepada masyarakat yang berhak (mustahik) di sekelilingnya tanpa harus berbondong- bonding mengambil di masjid Agung Semarang atau di masjid Kauman ini,” jelasnya.

Selain itu, daging kurban yang dipotong di Masjid Agung Semarang nantinya juga bakal didistribusikan ke sejumlah perwakilan masjid lain maupun sejumlah kelurahan yang jumlah mustahik-nya --selama ini-- sudah terdata di Masjid Agung Semarang sesuai dengan perolehannya.

Termasuk juga ke pondok- pondok pesantren dan panti asuhan. “Prinsipnya kita menghindari pembagian langsung kepada masyarakat, karena khawatir kalau nanti mereka malah berdesak- desak akan malah mengabaikan physical distancing serta protokol kesehatan lainnya,” tegas Muhaimin.

Sementara itu, Ketua Majelis ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji menyampaikan, MUI Jawa Tengah sementara memang belum mengeluarkan tauziah terkait tatalaksana sholat idul Adha di tengah situasi pandemi ini.

Seperti halnya tatalaksana ibadah di tengah situasi pandemi seperti sholat Jumat dan sholat idul Fitri beberapa waktu lalu, MUI nantinya tetap akan mengeluarkan tauziah sebagai pedoman bagi pelaksanaan sholat Idul Adha di Jawa Tengah.

“Untuk saat ini, tauziah MUI belum dikeluarkan dan disampaikan kepada masyarakat, tetapi kira- kira untuk pelaksanaan sholat Idul Adha yang tempatnya di lapangan dan sulit dikendalikan kemungkinan tidak kita anjurkan dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi pandemi,” unkapnya.

Namun, lanjutnya, untuk pelaksanaan sholat Idul Adha di tempat- tempat yang relatif bisa diatur seperti masjid dengan halamannya, kemungkinan besar itu yang bakal dianjurkan. “Walaupun MUI Jawa Tengah belum mengeluarkan tauziah tapi kira- kira demikian arahnya,” tegas Ahmad Darodji.

Sehingga, tambahnya, saat ini, imbuan- imbauan ke masjid- masjid memang belum dilakukan oleh MUI Jawa Tengah. Karena pertimbangan waktunya yang juga terhitung masih cukup panjang.

Selain itu --seandainya nanti saat mendekati pelaksanaan Idul Adha-- situasi pandemi semakin kondusif, berarti keputusan MUI bisa mengeluarkan keputusan berbeda. “Begitu pula kalau kondisinya memang belum kondusif, toh kita juga masih akan membatasi,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement