REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mohammad Munif Ridwan
Bagaimana kalau saya mengatakan bahwa memiliki sedikit barang justru akan membuat Anda lebih bahagia? Terdengar aneh? Ya, karena setiap hari, di mana pun kita berada, kita menerima pesan sebaliknya. Kita selalu dibombardir untuk membeli berbagai barang agar bisa tampil lebih menarik, mengesankan sukses, dan meraih kebahagiaan tanpa batas.
Maka, setelah membeli sebuah barang seharusnya kadar kebahagiaan kita naik berkali-kali lipat. Namun jawaban sebagian besar dari kita justru berkata, “Tidak!”. Yang sering terjadi justru sebagian besar barang itu dan janji kosong yang menyertainya telah menyedot uang, mengurangi kualitas hubungan dengan orang lain, bahkan kebahagiaan hidup kita.
Lalu, pernahkah Anda mendengar metode KonMari? KonMari adalah metode beres-beres rumah yang diperkenalkan oleh Marie Kondo, seorang wanita Jepang. Marie Kondo menjadi konsultan dan membantu para kliennya menyulap rumah menjadi tempat tinggal yang menyenangkan. Marie Kondo memposisikan diri sebagai seorang master berbenah dari situasi rumah yang berantakan.
Popularitasnya mendunia melalui bukunya yang berjudul ’The Life-Changing Magic of Tidying Up’ (2011). Buku ini menjadi best-seller, diterbitkan di lebih dari 30 negara, dan terbit dengan versi Indonesia berjudul ‘Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang’. Orang kemudian lebih mengenal perilaku tersebut sebagai gaya hidup minimalis.
Buku yang lebih baru tentang hidup minimalis adalah karya Francine Jay (2016), dengan judul ’A Minimalist Guide to Declutter, Organize, and Simplify', dan diterjemahkan dengan judul ‘Hidup Minimalis: Petunjuk Minimalis Menuju Hidup yang Lebih Apik, Tertata, dan Sederhana’.
Melalui buku-bukunya itu, Marie Kondo dan Francine Jay telah mendorong bangkitnya gaya hidup minimalis yang menginspirasi banyak orang untuk mengurangi ‘ketergantungan’ dengan harta duniawi. Gaya hidup minimalis secara singkat dapat diartikan sebagai gaya hidup yang berlawanan arus dengan konsumtivisme.
Caranya dengan membatasi diri dalam memiliki, membeli, atau mengonsumsi banyak hal. Lihatlah, betapa banyak orang yang membeli barang-barang yang sebetulnya tidak mereka perlukan. Memiliki banyak barang berarti harus memiliki lebih banyak waktu, uang dan tenaga untuk merawat barang-barang itu.
Dave Bruno menambahkan, terdapat tiga prinsip utama untuk hidup minimalis, yakni reduce (mengurangi), refuse (menolak barang tidak berguna), dan rejigger (menata ulang).
Maka sebaiknya, sebelum barang-barang itu menumpuk, kita sudah memiliki kepiawaian untuk memilah barang yang benar-benar dibutuhkan. Dave Bruno juga berprinsip bahwa setiap ada barang baru yang dia peroleh, maka harus ada barang lama yang didonasikan.
Lalu siapakah seorang minimalis sejati? Fumio Sasaki pernah menyebut Steve Jobs, mantan CEO Apple Computer, sebagai profil manusia minimalis ideal, mengingat penampilannya yang sederhana walaupun kekayaannya luar biasa. Sejatinya, bagi kita kaum Muslim, Rasulullah SAW-lah teladan yang sempurna.
Allah SWT berfirman, “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS 74: 38). Setiap yang kita lakukan dan barang yang kita miliki akan dipertanyakan oleh-Nya. Ambillah hikmah dari kisah berikut.
Suatu hari, sahabat Umar bin Khatthab menemui Rasulullah di kamarnya. Di sana, Umar melihat Rasulullah sedang berbaring di atas sebuah tikar kasar dan hanya berselimutkan kain sarung.
Lalu, terlihatlah guratan tikar yang membekas di tubuh Rasulullah. Umar pun melayangkan pandang ke sekeliling kamar. Dilihatnya segenggam gandum seberat kira-kira satu sha’, daun penyamak kulit, dan sehelai kulit binatang. Menyaksikan kesederhanaan Rasulullah, Umar pun tak kuasa menahan air matanya. "Apa yang membuatmu menangis, ya putra Khattab?' ujar Rasulullah bertanya kepada Umar.
Umar pun menjawab, "Bagaimana aku tak menangis, ya Rasul, di pinggangmu tampak bekas guratan tikar, dan di kamar ini aku tidak melihat apa-apa, selain yang telah aku lihat. Sementara raja Romawi dan Persia bergelimang buah-buahan dan harta, sedang engkau utusan Allah SWT."
Rasulullah pun bersabda, "Wahai putra Khattab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka?" (HR Muslim). Rasulullah dan keluarganya menerapkan hidup minimalis.
Maka, inti dari gaya hidup minimalis yang diajarkan Rasulullah adalah bersikap qana’ah, zuhud dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah anugerahkan. Bagi seorang Muslim, bergaya hidup minimalis adalah meminimalkan kecintaan terhadap dunia dan memaksimalkan kecintaannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam.