Selasa 30 Jun 2020 20:39 WIB

Batal Berangkat Tahun Ini, Bagaimana Meraih Substansi Haji?

Barangkali ini memberikan kesempatan untuk mendalami ilmu tentang manasik haji.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Batal Berangkat Tahun Ini, Bagaimana Meraih Substansi Haji? (ilustrasi).
Foto: Republika/ Amin Madani
Batal Berangkat Tahun Ini, Bagaimana Meraih Substansi Haji? (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah membuat penyelenggaraan ibadah haji 2020 tidak berlangsung seperti biasanya. Tahun ini, Pemerintah Arab Saudi hanya menggelar ibadah haji secara terbatas bagi warga Saudi dan ekspatriat yang berdomisili di Kerajaan Saudi.

Sementara itu, pemerintah Indonesia sendiri membatalkan keberangkatan jamaah haji tahun ini demi menjaga keselamatan calon jamaah dari pandemi Covid-19. Kendati umat Muslim di tanah air tidak bisa berangkat haji, namun substansi ibadah haji tetap bisa diraih di tengah kondisi pandemi saat ini.

Wakil Ketua Majlis Tablig PP Muhammadiyah, Ustaz Fahmi Salim, mengatakan bahwa umat Muslim, khususnya calon jamaah haji, tentunya tetap ingin meraih substansi ibadah haji. Karena itu, menurutnya, perlu dipahami tujuan dari haji itu sendiri.

Ustaz Fahmi menuturkan, bahwa haji memiliki nilai-nilai yang menjadi tujuan dari pelaksanaan haji itu sendiri. Di antaranya, adalah nilai persatuan, di mana umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di tanah suci. Selanjutnya, tujuan dari ibadah haji adalah mentaati perintah Allah.

Dalam pelaksanaan haji, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti tata cara ibadah haji yang sesuai syariat dan untuk memanjatkan doa kepada Allah. Dalam pelaksanaan haji itu pula, menurutnya, terkandung nilai egaliter, di mana semua orang dari berbagai latar belakang dan ras menunaikan haji.

"Kita pakai pakaian sama, kita bertalbiah dengan talbiah yang sama, tidak ada bedanya antara orang Arab dan non-Arab, tidak ada bedanya antara orang kaya dan miskin, semuanya pakaiannya sama. Itu adalah prinsip egalitarianisme, persamaan di hadapan Allah. Karena itu, kita harus mewujudkan nilai-nilai itu, yakni persatuan umat Islam, nilai persamaan di hadapan Allah, tidak boleh sombong dan takabbur," kata Ustaz Fahmi kepada Republika.co.id, Selasa (30/6).

Selanjutnya, substansi dari ibadah haji menurutnya adalah mentauhidkan Allah dalam kalimat talbiah yang harus digaungkan terus dalam kehidupan. Ia menekankan agar umat jangan menyekutukan Allah dalam segala hal, baik itu dalam ibadah, muamalah, ekonomi, kehidupan sosial dan politik.

Salah satu tujuan syariat ibadah haji selanjutnya ialah amar ma'ruf nahi munkar, yang berarti menegakkan kebaikan dan melarang kemungkaran. Ustaz Fahmi mengatakan, bahwa kegiatan melempar jumrah yang pada awalnya dilakukan oleh Nabi Ibrahim untuk melempar syetan adalah bentuk amar ma'ruf nahi munkar. Sebab, hal itu dilakukan sebagai tekad untuk melaksanakan perintah Allah dan melawan godaan setan.

"Di samping itu, membina keluarga menjadi ahli syurga, juga merupakan nilai-nilai yang bisa kita ambil dari ibadah haji," ujarnya.

Selain itu, Ustaz Fahmi menuturkan bahwa kegiatan ihram juga mengandung nilai-nilai yang bisa dipetik pelajarannya. Menurutnya, kegiatan ihram mengajarkan agar manusia menjaga diri untuk tetap berada dalam batasan-batasan Allah, agar tidak keluar dari halal dan haram yang ditetapkan Allah.

"Nilai ihram ini harus dipertahankan dalam keadaan di tempat kita masing-masing, walaupun kita tidak sedang melaksanakan haji," katanya.

Dengan demikian, walaupun tidak bisa melaksanakan haji tahun ini, ada banyak nilai yang bisa dipetik dari kegiatan haji dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ustaz Fahmi mengatakan, umat Islam  yang tidak berhaji tahun ini tetap melaksanakan kegiatan seperti biasa.

Bagi yang mampu secara ekonomi, menurutnya, umat Islam bisa ikut berkurban pada Hari Raya Idul Adha mendatang. Selain itu, umat Islam juga bisa menghidupkan Idul Adha dan Hari Tasyrik tiga hari sesudahnya dengan banyak bertakbir. Mengumandangkan takbir Idul Adha itu dimulai dari 9 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah.

Selanjutnya, umat Islam juga dapat menghidupkan puasa Hari Arafah pada 9 Dzulhijjah. waktu ini bertepatan dengan pelaksanaan ibadah wukuf di Padang Arafah yang dilakukan oleh jamaah haji.

"Meskipun jamaah haji tidak wukuf di Padang Arafah secara massal, tetapi disunahkan untuk puasa di Hari Arafah," lanjutnya.

Sementara itu, ia mengimbau umat Islam yang tahun ini sudah berencana atau dijadwalkan berangkat haji agar bersabar dan menerima takdir Allah dengan optimis. Sebab, menurutnya, batalnya keberangkatan haji tersebut merupakan bagian dari ujian Allah. Karena itu, ia mengingatkan agar jangan sampai ujian itu membuat lemah atau menurun dalam ibadah. Sebaliknya, hendaknya ujian itu kian menguatkan umat sebagai ujian kesabaran.

"Barangkali ini memberikan kesempatan bagi kita untuk mendalami ilmu tentang manasik haji, agar bekal haji ini harus disempurnakan. Barangkali itu jadi pelajaran buat kita," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement